Tania dan Nisa melangkah keluar dari rumah dengan hati-hati, berhati-hati agar tidak menarik perhatian. Pagi itu, Tania mengenakan topi lebar dan kacamata hitam, berharap penyamaran sederhana ini bisa mengaburkan keberadaannya dari siapa pun yang mungkin mengawasinya, terutama Ken. Langkahnya masih terasa berat, tapi genggaman lembut Nisa di tangannya memberikan kekuatan. Nisa menatap Tania dengan senyum penuh dukungan. “Tenang saja, Tania,” katanya lembut. “Aku di sini, kamu nggak perlu takut. Aku nggak akan biarkan Ken menemukamu. Kita akan sampai di rumah orang tuamu dengan selamat.” Tania mengangguk, merasakan ketenangan yang menghangatkan hatinya. Kehadiran Nisa membuatnya merasa aman, seperti memiliki keluarga yang selalu ada untuknya, dan kini, Nisa lebih dari sekadar teman—ia sud