Malam itu, Tania terbangun dengan rasa sakit yang menusuk di perutnya. Dia tidak pernah merasakan sakit sekuat ini sebelumnya. Tangannya refleks menekan perutnya, mencoba mengurangi rasa sakit yang datang semakin hebat. Suasana di kamarnya sunyi, hanya suara kipas angin yang pelan berputar. Sementara itu, di sampingnya, Ken, suaminya, masih terlelap dalam tidurnya yang nyenyak. Dengan rasa sakit yang semakin tak tertahankan, Tania akhirnya meraih tangan Ken dan memukulnya dengan cukup keras. Ken tersentak, terbangun dari tidurnya yang nyenyak dan menoleh, sedikit bingung melihat Tania yang terbaring dengan wajah menahan sakit. Dia segera mendekatkan diri, mencoba memahami situasi yang terjadi. “Tania, kamu kenapa? Sakit di mana?” tanya Ken dengan nada panik. Tania menggenggam tangan Ken