Bab 30.

1789 Kata

"Bagaimana, Nabila? Apa perlu aku yang memberitahu mereka?" Kejar Sultan. Terlihat senang mengamati wajah tegang Nabila. Dengan kening mengernyit, Niken menatap Sultan lalu Nabila bergantian. Tidak ada panggilan sayang? Bebe? Cintaku? Hanya memanggil dengan nama? Suasana di dalam ruangan tersebut mendadak terasa tegang. Sultan mengangkat kedua alis. Sudut bibirnya berkedut. "Sudah cukup bercandanya, Kakak ipar." Suara Kansa memecah suasana tegang yang sesaat tercipta. Sultan memutar kepala dengan cepat. Pria itu menatap Kansa dengan kening yang sudah tidak lagi rata. Beberapa lipatan tercipta ketika pria tersebut mengerutkan alisnya. "Nah, makanan kita datang." Kansa menghembus napas lega melihat pintu terbuka lalu dua orang pelayan masuk dengan mendorong meja besi yang di atasnya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN