Part 24 Hari yang Penuh Warna

1177 Kata

Kumasukkan ponsel ke dalam tas. Entah harus kupedulikan apa tidak pesan yang dikirim orang tak di kenal itu. Semoga keputusanku untuk mempertahankan pernikahan ini bukan keputusan yang salah. Angin berembus sangat kencang, menerbangkan dedaunan kering di padang ilalang depan sana. Mas Ilham melangkah cepat menuju mobil, yang lain juga melakukan hal yang sama. Sebab sudah waktunya jam makan siang. "Kita makan siang dulu," ucapnya setelah duduk di belakang kemudi. "Kayaknya, Mas, sibuk banget ya. Apa aku pulang naik taksi saja." "Jangan! Tidak apa-apa ikut Mas. Nanti sekalian kita pulang bareng." Mobil melaju di belakang ketiga mobil yang telah mendahului. Mereka masuk area parkir Rumah Makan Lumayan. Rumah makan lesehan yang berdampingan dengan tambak di bagian belakang. Jadi menu i

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN