"Nama saya, Zi. Sebut nama saya." Shaka meracau, gerakannya semakin kuat dan cepat. Mengabaikan teriakan-teriakan Zivaa yang memintanya berhenti. Merasa usahanya belum berhasil, Shaka menambah penetralisir yang lain. Direngkuhnya bibir ranum Zivaa, melumatnya dengan ciuman bertubi-tubi. Indra pengecap Shaka mendominansi setiap inci mulut Zivaa yang rasanya hangat dan manis. Mahasiswi tahap akhir itu mengerang, membiarkan sang dosen melakukan apa yang dia mau. Wanita itu sangat tahu ini masih jauh dari kata selesai. Shaka tidak akan puas semudah itu. "Aaaassh! Ini nikmat sekali!" erang pria bertubuh atletis itu. "Kamu nikmat sekali, Zi." Shaka menyiksa Zivaa dengan menghantam titik kehidupan gadis itu berulang-ulang. Membuat yang terkoyak itu meneriakkan permohonan ampun. "Massss, aku,