Di apartemen, Rere sedang tersenyum menatap dua belas angka di dalam kontak ponselnya. Ia memberi nama Ivy pada kontak tersebut. Rencananya meminta nomor telepon Ivy berjalan lancar. Eriva memberikannya tanpa ada drama sama sekali. "Gue yakin pasti gue bisa minta tolong sama Ivy. Setidaknya mungkin gaku bisa tahu informasi tentang kamu, Bi," monolognya penuh harap. Ia melirik bagian pojok kanan atas ponselnya. Sudah pukul sepuluh malam. Harusnya belum terlalu malam untuk ia menghubungi Ivy. Mendadak tangan Rere bergetar. Niat dan tekad yang tadi sudah kuat menariknya mundur. "Tapi gue harus bilang apa? Gue cuma kenal Ivy itupun dari cerita Raisa. Jadi gue harus bilang apa kalau dia nanya. Apa gue minta tolong Raisa dulu ya?" Rere menggeleng kuat. "Gak usah ngekhawatirin hal yang belu

