"Kuliah kamu sampai jam berapa?" Bravino memeluk pinggang Ivy dari belakang. Hidungnya mengendus wangi bunga floral dari leher wanitanya itu. "Aku cuma sampai jam sebelas. Tapi habis itu aku mau bimbingan skripsi sebentar." Bravino mengangguk. Ia menumpukan dagunya di bahu Ivy. Matanya yang berwarna hitam pekat bertemu dengan mata Ivy melalui bayangan cermin di meja rias. Meja yang ada di kamar tersebut semenjak Ivy hadir dalam hidup Bravino. "Pulangnya langsung ke kantor kan?" "Hmm, kalau aku pulang ke rumah boleh gak?" Tadi malam Ivy tak pulang. Itu juga karena permintaan Bravino. Ivy terlalu lelah menghadapi hasrat Bravino, yang herannya selalu berhasil membuat ia melayang dan akhirnya rela terbang bersama kenikmatan yang sang papa gulanya berikan. "Kalau saya bilang kamu gak b

