Lima Puluh Dua

1798 Kata

Sena masih menunggu. Sanusi masih terdiam. Nampaknya pria yang usianya lebih dari setengah abad itu masih berpikir. Sena menebak, mungkin sedang mempertimbangkan apakah ia harus memberi tahu Sena atau tidak. "Kalau Anda pikir saya tidak bisa dipercaya, tidak perlu diceritakan. Saya akan mencari tahu sendiri sampai tuntas," ucap Sena setelah menunggu beberapa saat.  "Ah, bukan seperti itu, Nona. Hanya saja, masalah ini terlalu pelik," jawab Sanusi lalu terdengar helaan nafas berat dari bibirnya. "Sepelik apapun masalahnya, saat kaki saya sudah memutuskan untuk melangkah kemari, berarti saya sudah siap atas semua resiko yang mungkin saya terima," ucap Sena sambil tersenyum kecil. Rupanya Sanusi masih belum bisa terbuka. Tapi tak masalah, ia tak peduli. Bukankah menuju ke Roma itu ada begi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN