Sena melempar ponselnya ke atas sofa dengan kesal. Suara bariton peneror itu mau mencari mati rupanya. Bagaimana bisa dia menyekap Pak Sanusi yang tidak memiliki salah apa-apa? Beberapa kali Sena menghela nafas kasar. Rasanya amarah sudah naik hingga ke ubun-ubun. Sebelum ia memikirkan bagaimana caranya agar bisa melenyapkan para pecundang itu dengan cara yang paling cerdik, ponsel Sena kembali bergetar. Mata Sena memicing. Ini kan nomor salah satu dari tiga pria yang berotot itu? Para pria berbadan besi yang pernah ia lumpuhkan. Ada apa menghubunginya? Bukankah si suara bariton bilang kalau orang-orang Pram yang berada di bawah pengawalan tiga pria itu sudah lemah tak berdaya? Sena mengangkatnya, "Ya, hallo?" "Maaf, Nona. Kami sedikit terlambat menyelamatkan dua pria yang harusnya k