Dua Puluh Delapan

1243 Kata

"Ayo duduk, Sayang! Kita makan bareng ya? Duh, senengnya!" ucap neneknya Jo. Sena tersenyum kikuk. Sedikit celingukan. Ini yang dipanggil sayang sama nenek tua itu siapa sih? Dirinya? Kan belum kenal! Si kolor Jojon malah udah duduk duluan tuh. Sena melirik Diwan yang juga sudah duduk lebih dulu. Sena bertanya pada Diwan melalui tatapan matanya. Tapi adiknya itu hanya mengangkat bahu. "Sena, maaf ya? Kami datang mendadak kayak gini. Soalnya Papi mau berangkat ke Singapura besok. Jadi pagi ini kami langsung datang," ucap Renata. Meski masih heran, tapi Sena berusaha untuk tersenyum ramah, "Ah, ya, Nyonya. Tapi ini dalam rangka ..." "Lamaran!" seru nenek tua dengan penuh semangat. "Apa?!" pekik Sena terkejut. "Oma, diam dulu!" ucap Renata. Lalu ia kembali menatap Sena. "Maaf ya Sen, se

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN