Bab 65

1193 Kata

Makan siang itu terasa begitu hangat. Di meja makan yang sederhana, tawa Alia mengalun riang, aroma masakan memenuhi ruangan, dan Ali duduk dengan wajah sumringah. Saat Auliya hendak menyendok nasi ke piringnya sendiri, tangan Ali mendahuluinya. Dengan cekatan, lelaki itu mengisi piring Auliya dengan nasi, lalu menambahkan potongan ayam goreng, tahu, tempe, dan sambal terasi secukupnya—semuanya pas seperti yang biasa Auliya ambil dulu, saat mereka masih tinggal serumah. Auliya terperanjat, pipinya langsung bersemu merah. “Saya bisa ambil sendiri, Tuan,” ujarnya pelan, mencoba terdengar tegas, padahal suaranya terdengar gugup. Ali hanya tersenyum kecil. “Karena Umma sudah rela capek-capek masak buat kita semua, jadi, sekarang, Umma yang harus dilayani,” katanya sambil menyodorkan piring

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN