Bab 81

1078 Kata

Ali membuka pintu rumah tua megah yang pernah ia tinggali bersama Salma. Meski sudah lama tak berpenghuni, rumah itu tetap terawat. Aroma bunga melati dari taman belakang masih menyapa lembut di ambang pintu. “Ayo masuk,” ucap Ali sambil menggandeng Alia dan Amira—yang kini kembali menjadi istrinya. Alia mengedarkan pandangan dengan kagum. Matanya membesar melihat langit-langit tinggi, lampu kristal bergemerlap, dan lukisan-lukisan klasik tergantung rapi di dinding. “Waaaah…” serunya, “aku nggak nyangka kalau ternyata Abi itu kaya. Bahkan lebih kaya dari Ustad Furqon!” Ali tersenyum tipis mendengar celetukan polos itu. “Kaya dan miskin bukan soal harta, Sayang. Tapi soal hati.” Alia mengangguk-angguk sok mengerti. Namun langkah kecilnya terhenti saat matanya menatap satu foto besar ya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN