“Abi memang pernah meninggalkanmu, Nak. Tapi sekarang… Abi ingin menebus semuanya. Abi akan buktikan, kalau Abi tidak akan pernah lagi meninggalkanmu dan juga Ummi. Boleh, ya?” Alia tidak menjawab. Gadis kecil itu menunduk, lalu dengan cepat meraih tangan ibunya. “Ummi masuk… Tidur di sini saja sama Alia!” serunya keras, mengabaikan keberadaan Ali. “Jangan tidur sama Abi! Biarkan dia tidur sendiri, seperti Alia yang kesepian selama ini!” lanjutnya, dengan suara bergetar menahan tangis. Ali menahan napas. Kalimat itu menikamnya lebih dalam daripada pukulan apa pun. Tak ada yang lebih menyakitkan bagi seorang ayah, selain ditolak oleh anak kandungnya sendiri karena kesalahan masa lalu. Amira memandang suaminya, lalu memalingkan wajah. Ia tak bisa—dan tak mau—membela Ali kali ini. Ia han