Hari itu, langit cerah seperti mencerminkan isi hati Auliya. Setelah sekian lama bergulat dengan perasaannya, mempertimbangkan segalanya dengan hati-hati, akhirnya ia mengambil keputusan yang akan mengubah hidupnya. Pagi itu, Ustad Furqon kembali datang, seperti biasa, dengan senyum ramah dan sarapan di tangan. Namun, ia tak menyangka apa yang akan disampaikan Auliya kali ini. “Ustad... bisa sebentar?” Auliya berdiri di teras rumah, mengenakan gamis biru muda dengan kerudung putih sederhana. Suaranya tenang, namun ada getaran di sana. Ustad Furqon menoleh dan menghentikan langkahnya. “Tentu. Ada apa, Auliya?” Wanita itu menarik napas panjang, lalu tersenyum kecil. “Saya sudah banyak berpikir... dan berdoa.” Ustad Furqon menunduk perlahan. Ia tahu arah pembicaraan ini. “Dan... apa yang