"Kita sudah sampai, Nyonya." ucapan sopir membangunkan Auliya dari tidurnya. Matanya membelalak saat melihat sebuah rumah mungil bercat putih dengan pagar kayu bercat hijau pastel. Halamannya kecil tapi rapi, dengan rerumputan yang dipangkas apik. Auliya menatap rumah itu penuh tanya. Ini… terlalu bagus. Tidak mungkin rumah sebagus ini menjadi fasilitas penerima beasiswa. “Pak... ini rumah siapa?” tanyanya pada sopir yang sedari tadi hanya tersenyum kaku. Sopir itu menggaruk tengkuknya, jelas terlihat gugup. “Rumah... Abi Jaffar, Nona. Kata beliau, saya disuruh mengantar Nona dan Alia ke sini. Rumahnya sudah disiapkan.” Auliya mengerutkan kening. Abi Jaffar? Tidak masuk akal. Seingatnya, pria itu tinggal di kompleks pesantren dan tidak pernah menyebut punya rumah di sini. “Rumah Abi Ja