Bab 137

1022 Kata

Ali duduk di ruang tamu dengan wajah keruh. Suara televisi yang menyala pun tak mampu meredakan amarahnya. Fakih yang baru masuk rumah dari kafe langsung berhenti di ambang pintu, bingung melihat Abi-nya seperti gunung berapi siap meletus. “Abi… ada apa? Kok mukanya kayak habis kalah perang?” tanya Fakih hati-hati. “Bukan kalah perang!” bentak Ali, membuat Fakih refleks mundur satu langkah. “Abi kesal sama kakakmu itu! Nggak mau bayi tabung, katanya mau nunggu. Nunggu apa? Nunggu cucu Abi jatuh dari langit?!” Fakih menahan tawa, tapi sudut bibirnya terangkat. “Abi… bayi nggak bisa jatuh dari langit. Itu mitos…” Ali langsung melotot. “Kamu berani-beraninya ketawa! Fakih, sekarang dengar baik-baik. Karena kakakmu keras kepala, sekarang giliran kamu!” “Giliran aku apa?” Fakih mulai waswa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN