Nabil menenteng dua kantong plastik berisi sayuran dan buah-buahan. Keringat membasahi dahinya, bukan hanya karena udara pasar yang panas dan pengap, tapi juga karena kepanikannya yang semakin menjadi-jadi. Saat ia berdiri di depan penjual dawet tempat dia meninggalkan Amira yang sedang duduk sambil menikmati es dawet tadi. Namun ternyata, bangku itu sekarang kosong. "Bu, wanita hamil yang tadi duduk di sini, kemana ya?" tanya Nabil pada ibu penjual dawet. "Oh, Neng yang hamil itu? Tadi katanya mau ke ATM sebentar, Mbak. Tapi udah lama nggak balik lagi," jawab ibu penjual dawet santai sambil menuangkan dawet ke dalam plastik pesanan pelanggan lain. Mendengar itu, jantung Nabil berdebar semakin kencang. Dia langsung berlari menuju mesin ATM terdekat yang berada di ujung pasar, namun sepe