Pagi harinya, aku terbangun dengan mata sembab. Tentu saja siapapun yang melihatnya akan tahu kalau aku baru saja menangis sebelum tidur semalam. Meski pada faktanya aku bahkan baru berhasil tidur kurang lebih sekitar dua jam yang lalu. Di meja makan, aku berusaha menghindari Dean karena tidak ingin dia mempertanyakan asal muasal mata sembabku. Tapi aku tahu Dean akan menyadarinya cepat atau lambat. Tetapi tidak seperti yang aku khawatirkan, Dean bahkan sama sekali tidak melirikku karena sibuk dengan Ipad dan beberapa lembar kertas di tangannya yang tersebar di meja, di sebelah piring sarapannya. Aku tidak tahu harus dari mana memulai. Aku masih tidak yakin apa yang seharusnya aku katakan pada Dean, karena aku takut bahwa Dean tidak ingin aku mendengar rekaman di dalam boneka beruang itu