Sampai Tiada

1162 Kata
“Tapi apa?” tanya R 4 R seraya mengangkat beberapa helai rambut wanita itu yang terurai di sisi wajahnya. “Semua uangku ini uang haram. Apa kau masih mau?” tanya Is is Ist. R 4 R mendekatkan wajahnya ke leher wanita itu yang bukan hanya jenjang. Tapi, juga memiliki bentuk yang membangkitkan gairah. Tidak rugi ia selalu mengikat rambutnya untuk mengekspos bagian indah itu. “Apa uangmu masih bisa digunakan untuk membeli makanan?” tanyanya. “Tentu saja. Uang haram berbeda dengan uang mainan, bodoh,” jawab Is is Ist datar. “Aku sedang sangat kelaparan sampai rasanya ingin mati. Dan kau malah menanyakan suatu hal yang sama sekali tidak aku pedulikan?” tanya R 4 R lemas. “Aku hanya ingin makanan saat ini. Atau akan aku gunakan ‘suaraku’ untuk menghancurkan dunia yang kalian cintai,” “ancamnya”. Is is Ist pun segera mengajak R 4 R menuju warung makan terdekat. Menjauh dari Add Me A. Namun, pria itu berkata yang membuat mereka menghentikan langkah, “Akan kuhabisi kau sampai melakukan itu,” ancamnya balik. R 4 R melihat Add Me A dan menurunkan bagian bawah dari salah satu matanya. Membalas, “Kau pikir kau bisa melakukan hal seperti itu? WEEEEKH!!!” * TIIINNTIIINNTIIINN!!! Suara klakson dari berbagai macam jenis kendaraan di jalan raya malam itu saling sahut menyahut memekakkan telinga siapa pun yang harus mendengarnya secara langsung. Untung saja Gane tidak termasuk dalam golongan orang kurang beruntung itu. Karena ia tengah duduk dengan nyaman di dalam kendaraan beroda empat dengan seorang supir dan pendingin ruangan. Meski sudah begitu ia tetap saja keringatan karena resah. Ada banyak pikiran yang menggelayuti sanubarinya. Mulai dari perkembangan kondisi Aldo setelah ia jadikan kelinci percobaan. Sampai “pikiran buruk” untuk menggunakan “suaranya” pada semua pengguna jalan agar membukakan jalan untuknya. “Kalau menunggu terus aku tidak akan berhasil sampai sebelum waktu pertunjukan,” keluh Gane. “Sepertinya ada pohon besar yang tumbang tidak jauh dari sini, Tuan Muda. Membuat arus lalu lintas tetap padat sekalipun sudah cukup larut,” beritahu juru kemudinya yang bernama Riko. Cklek. Gane melepas sabuk pengamannya. Berkata, “Saya turun di sini saja. Tidak akan keburu rasanya kalau terus menunggu.” “Lalu, saya bagaimana Tuan Muda?” tanya Riko. “Kalau sudah bisa jalan langsung menuju ke tempat menjemput saya saja. Saya harus bergegas,” jawab Gane yang sudah berada di luar. Klap. Pintu mobil tertutup. Meninggalkan Riko seorang diri di tengah kemacetan. Dari dalam mobil ia melihat punggung anak majikannya terus menjauh melewat sela demi sela kendaraan yang cukup padat bahkan sampai ke pinggiran (atas trotoar). Sangat jauh dari kesan ramah terhadap para pejalan kaki yang seharusnya jadi penguasa pedestrian. “Padahal jaraknya masih ada sekitar satu setengah kilo lagi. Kelihatannya kegiatan apa pun yang Tuan Muda geluti beberapa waktu terakhir ini. Benar-benar penting dan memiliki makna khusus untuknya. “Untung saja. Ia memang harus mendapatkan yang terbaik. Sama seperti keempat kakaknya,” doa pria itu. * Drapdrapdrap. Gane melangkah cepat menuju lokasi di mana ia sudah janjian bersama member Children of the Babylon yang lain. Dan apa yang ia dapat setelah tiba di sana? Sesuatu yang tidak biasa. Karena Add Me A tengah sibuk berdebat dengan Is is Ist. Sementara R 4 R hanya berdiam diri tak jauh dari mereka. Belum pernah terjadi perdebatan sampai seperti itu dalam band mereka sebelumnya. “Ada apa ini? Mereka kenapa?” tanya Gan Skuy pada Rev 4 Rebellion. Namun, pemuda itu diam saja. Ia bahkan tak melihat remaja yang sedang berbicara dengannya. Gan Skuy menutup hidung dengan punggung tangan. Mencium aroma asam lambung menguar dari dalam rongga mulut Rev 4 Rebellion. “Kalian…” “Aku sama sekali nggak ngerti sama jalan berpikirmu, Add Me A. Atau siapa pun lah namamu aku tidak peduli,” ucap Is is Ist. “Baguslah kalau kau tidak peduli. Aku juga tidak punya urusan dengan kepedulianmu,” balas Add Me A. Is is Ist yang untuk pertama kali merasa sangat kesal pada pria itu tanpa sadar mendorong salah satu pundaknya. “Padahal kamu yang paling tua. Tapi, sikap kamu juga yang paling tidak dewasa. Aku yakin dalam kehidupan siangmu kau itu berprofesi sebagai supir truk atau yang lebih buruk.” “Sejak kapan supir truk itu profesi yang buruk? Setidaknya mereka menghasilkan uang yang bersih. Tidak seperti kau.” Add Me A mengangkat satu tangan dengan gerakan seperti akan memukul wanita itu. “Apa kau mau aku pukul juga, hah?!” teriaknya. Gan Skuy segera melangkah ke antara mereka untuk melindungi Is is Ist. “Cukup, Bang!” teriaknya. Segera ia tarik tangannya. “Ah, ini lagi,” keluhnya. “Sudahlah. Lebih baik kita cepat,” ucap Rev 4 Rebellion datar. Seraya mengangkat tas berisi pianikanya dan melangkah menuju taman yang menjadi lokasi tampil mereka malam ini. Apakah harapanku untuk menjadi teman mereka… memang seberlebihan itu, tanya Gan Skuy dalam hati. Turut mengikuti langkah Rev 4 Rebellion seperti yang lain. * Benar saja. Lokasi yang akan mereka gunakan untuk tampil “ala kadarnya” malam ini telah ramai oleh beberapa anggota kaum pinggiran yang mengharapkan hiburan sekelas bintang. Sekalipun sehari-hari hidup jauh dari kecukupan. Mereka selalu berusaha setia untuk mengikuti pertunjukan band Children of the Babylon. Yang sebenarnya nama band-nya saja mereka tidak tau apa artinya. Terkadang sering disingkan jadi Babilon atau Baby saja. Yah, entahlah. Peduli setan dengan hal seperti itu. yang mereka cari mala mini hanyalah hiburan sebagai penghantar malam. Suara mereka yang bisa menjadi selimut dari dinginnya kenyataan. “Selamat malam semua,” sapa Gan Skuy ramah pada para penontonnya. Orang-orang yang sudah menunggu penampilan mereka. Orang-orang yang tidak boleh dikecewakan harapannya. Itu kenapa sekalipun Add Me A, Is is Ist, dan Rev 4 Rebellion tampak sedang “kurang bersahabat”. Ia tidak boleh turut masuk dalam emosi negatif itu. “Malam ini aku ingin menyanyikan lagu bagus yang sangat popular sejak beberapa tahun lalu. Menceritakan tentang bagaimana cinta… tak bisa selalu dimiliki. Tapi, itu bukan berarti akhir dari dunia ini. Itu hanyalah sebuah kekalahan yang kecil… “Arcane – Losing You is a Love Game karya Dun Lawrier. “Setiap manusia dilahirkan dengan keajaiban dalam diri mereka,” ucap Gan Skuy sebelum memulai nyanyiannya seperti biasa. “A broken love is all that’s left Hanya cinta hancur yang rasanya tersisa I’m still triying to fixing all the cracks Sampai saat ini aku masih berusaha keras untuk perbaiki semua celah yang ada Lost a couple of pieces when Kehilangan beberapa potongan waktu yang kadung berlalu tanpa bisa diadu I carried it, carried it, carried it gone Aku membawanya pulang untuk hilang I’m afraid of all I am Jujur saja aku sangat takut dengan diriku sendiri My mind feels like a foreign land Pikiranku terasa seperti suatu pulau yang terpencil Silence ringing inside my head Keheningan di dalam kepalaku yang terus berputar tiada henti Please, carry me, carry me, carry me gone Tolong, bawa aku, bawa aku, bawalah aku pulang ke ketiadaan!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN