Jangan Tertawa!

1042 Kata
Beberapa malam selanjutnya. Lagi-lagi hanya Add Me A, Is is Ist, dan R 4 R yang berkumpul di tempat yang sudah mereka berempat sepakati. Wajah Add Me A dan Is is Ist sangat jelas tampak kondisi tubuhnya sedang kurang sehat. Kondisinya kurang baik. Jauh berbeda dengan Rev 4 Rebellion yang masih “lumayan”. Ia bisa berjalan sendiri naik kendaraan umum ke tempat mereka janjian. Berbeda dengan yang lebih tua. Mungkin karena faktor “u”. Seharusnya aku bisa ke sini pakai angkutan kota saja. Karena sedang tidak enak badan jadi terpaksa pakai taksi. Aaahh, jatah bulanan kirim ke rumah Emak dan Bapak di kampong jadi berkurang. Lihat nanti kalau kita bertemu, Gan Skuy, batin Is is Ist dengan hati keki maksi. Gila sekali, gila banget, sangat gila, luar biasa gila, gila, gila, gila!!! Aku sampai membohongi orang rumah karena tidak boleh pergi karena sedang tidak sehat. Sampai mengarang bebas kalau mau pergi ke rumah sakit segala. Kau benar-benar sudah membuat aku marah, Gan Skuy. Kaulah yang selanjutnya akan aku buat muntah sampai berdarah-darah, tekad Add Me A dalam hati. Walau sebenarnya juga ia yang rasanya ingin muntah darah. “Sensei, Is is Ist,” panggil Rev 4 Rebellion sok tegar. Ia juga ingin ambruk sebenarnya, tapi ia masih diberi “kemampuan” untuk berdiri oleh “kekuatan para bintang” yang sedang bersinar di langit malam sekalipun tidak kelihatan. “Ada apa sih kamu?” tanya Add Me A ketus dengan tatapan tak enak hati. Buat Is is Ist jadi ikut melirik dengan sinis. “Cih,” decak wanita itu merasa tak puas dengan situasi yang sedang terjadi. “Mau aku belikan air kelapa di persimpangan jalan sana tidak?” tawar Rev 4 Rebellion berusaha menurunkan tensi beberapa orang di sekitar sana yang tampaknya memang sedang tinggi tingginya. “Makan saja susah sok acara mau belikan kami air kelapa segala. Memang kau ada uang, hah?” tanya Add Me A dengan nada suara sengak. Kalau saat itu tubuhnya tidak sedang lemah. Is is Ist bersumpah demi dewa akan mencium manja wajah Add Me A menggunakan bogeman mentahnya yang masih fresh from the oven. Padahal mukanya itu lumayan cakep, lho. Bisa dipertimbangkan, lah. Tapi, kenapa sikapnya udah kayak titisan hell hound, sih, wanita itu hanya bisa membatin kesal. Bukannya kesal seperti Is is Ist. Rev 4 Rebellion malah tetap santai dan tertawa kecil, “Ha ha ha ha ha ha ha. Kan aku hanya menawari untuk ‘membelikan’, Sensei ganteng. Bukan ‘membayarkan’. Ya uangnya pakai uang kalian, lah,” ucapnya “mengkoreksi”. “Yee, dasar kuah mi soto betawi,” ledek Add Me A seraya merogoh kantong dan mengeluarkan selembar uang pecahan tertinggi yang sudah cukup kusut. Ia lempar gumpalan selembar uang itu ke Rev 4 Rebellion. Rev 4 Rebellion langsung berusaha menangkapnya, “Eit, eit, eit. Jarang aku lihat pecahan uang segini selusuh ini,” komentarnya. “Berisik sekali mulutmu yang seperti congor sapi itu,” ledek Add Me A. Berlagak menendang Rev 4 Rebellion dari kejauhan agar ia segera membelikan mereka es kelapa muda segar. “Apa yang bisa kau simpulkan dari kejadian ini?” tanya Is is Ist. Add Me A yang tidak menyangka wanita itu akan mengajaknya bicara mendadak nge-freeze. “Eh?” “Aku sedang bicara padamu, ikan salmon frozen,” balas Is is Ist emosi. “Apa menurutmu aku terlihat memiliki kapasitas untuk menyimpulkan sesuatu?” tanya Add Me A balik. “Jangan berlagak merendah. Tidak peduli bagaimana kau berusaha menampilkan citra diri seseorang yang bodoh dan berasal dari kalangan bawah. Seperti yang kau ucapkan waktu itu. Aku tau sekali kalau kau itu berasal dari latar belakang yang terpelajar dan berpendidikan cukup tinggi. Sedang ngambil kuliah magister mungkin?” tanya Is is Ist sendiri. Mendengar pujian itu malah membuat Add Me A tertawa terbahak-bahak, “HWAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!! Hentikan pujianmu, Is is Ist. Aku bisa mati karena tawaku sendiri kalau dipuji oleh perempuan sampai seperti itu. Tidak, tidak, tidak. Jangan, jangan, yah. Cukup!” pintanya. Di balik itu ia masih menyembunyikan tawa yang belum sepenuhnya terhenti. Meski sedikit masih terdengar, khikhikhi. “Ya sudahlah. Aku tidak akan bicara seperti itu lagi. Jawab saja seperti apa yang ada dalam benakmu soal situasi ini,” ucap Is is Ist pelan. “Kita akan semakin lemah dan mati kalau tidak… dalam tanda kutip bertemu secara rutin untuk menyalurkan suara ini,” jawab Add Me A seraya memegang tenggorokannya. “Kau benar, Add Me A. Kemarin aku menguji coba suara ini pada seorang pelanggan,” cerita Is is Ist. “Apa yang terjadi?” tanya Add me A. “Hal yang cukup buruk untuk terjadi pada seorang manusia. Yang jelas sebusuk-busuknya aku. Aku tidak akan menggunakan suara itu lagi pada orang lain. Walau itu memaksaku untuk terus bertemu dengan pria menyebalkan seperti kau,” jawab Is is Ist serius. Add Me A yang sebenarnya juga telah menguji coba “suara itu” pada orang lain beberapa hari lalu memikirkan hal yang sama. Hal yang cukup buruk untuk terjadi pada seorang manusia. Ucapan itu sama sekali tidak berlebihan. Cukup jika dibilang tidak manusiawi bahkan. Sebenarnya kami ini masih pantas disebut manusia atau tidak, batin dua orang keturunan Adam itu, sebenarnya Voice of the Babylon itu apa, Tuhan? Tolong berikanlah kami sedikit saja petunjuk! Sedikit saja juga tak mengapa, yang penting kami tau setelah ini harus apa lagi. Tolong jangan sampai lepaskan kami dan biarkan kami berjalan seorang diri tak tentu arah seperti ini. Sangat menyakitkan rasanya saat merasa seperti sedang dilepaskan oleh Tuhan. Namun, bukan jawaban dari Tuhan yang datang. Malah Rev 4 Rebellion yang datang seraya membawa sebungkus plastik berisi tiga porsi es kelapa. Dan satu plastik lagi berisi beberapa buah gorengan yang terdiri dari berbagai macam jenisnya. “Hey, sedang membicarakan apa kalian berdua? Serius sekali kelihatannya,” tanya Rev 4 Rebellion. Add Me A dan Is is Ist tak merespon. Hanya terdiam menunjukkan betapa dalam konflik yang sedang mereka pikirkan. Sebagai yang paling “dewasa” di sana. “Si Gan Skuy belum datang juga, ya,” komentar Rev 4 Rebellion sambil menggigit satu buah tahu bakso dan cabe rawit. “Beneran cari mati dia.” Ia gigit beberapa buah cabe rawit sekaligus untuk menunjukkan rasa kesal. Kresh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN