“Maaf ya Liesya, ibu sampai tidak ngeh kalau tubuhmu hangat, ini juga wajahmu kok pucat gini sih?” Kataku dengan nada menyesal. Dari tadi Aliesya memelukku dengan manja, tapi aku sama sekali tidak menyadari tubuhnya terasa hangat. Mungkin karena emosiku yang meluap lagi karena melihat kemesraan Mas Rendra dan Kak Feli. Akhirnya kami tidak jadi pulang. Mas Rendra memaksa kami untuk mampir ke rumah sakit untuk memeriksa Aliesya. Aku menghela penuh kelegaan saat mendengar kata dokter bahwa Aliesya tidak apa-apa. Tidak terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan. Saat ini Mas Rendra sedang berbicara serius dengan dokter yang tadi memeriksa Aliesya. Wajah Mas Rendra yang tadi tegang sekarang sudah melunak dan sudah tersungging senyum, tanda kelegaan. Tentu saja aku juga menjadi lega melihatnya. “Ga