“Nata, bundamu sakit dan minta untuk bertemu kamu. Bisakah kamu pulang nak?” Sore itu bapak tiba-tiba menelponku dengan nada panik, membuatku jadi ikutan panik. “Bunda sakit apa pak? Sekarang bagaimana kondisi bunda? Apakah parah?” Kepanikanku menular pada Mas Rendra yang juga mendengar percakapanku dengan bapak. “Ada apa?” Dia bertanya, ikut duduk di sebelahku yang mulai meneteskan air mata. “Sepertinya kolesterol tinggi, jadi menyumbat ke jantung. Ini nafasnya ngos-ngosan dan harus dirawat di rumah sakit. Bundamu minta bertemu kamu dan Aliesya, bisakah?” Tanya bapak lagi. “Pak, nanti Nata telpon bapak lagi ya, karena harus minta ijin Mas Rendra dulu. Bagaimanapun juga, tanpa ijin Mas Rendra, Nata tidak berani pulang bersama Aliesya. Apalagi Aliesya juga sedang tidak enak badan.” Jaw