Aku menangis, memeluk Mama Mayang. Aku syok dan bingung, karena beberapa saat setelah aku dan Mas Rendra diminta keluar dari ruangan ICU Aliesya, gantian bunda yang mengalami serangan jantung. Jadilah sekarang ada dua pasien yang membuat bulir air mataku tak henti meluruh. Aliesya dan bunda! Keduanya orang yang sangat berarti bagiku. Bunda adalah pengganti ibu, yang merawatku. Aliesya adalah keponakan yang juga anak sambungku. Gadis cantik dan baik hati seperti almarhumah mamanya dan membutuhkan perhatian khusus dariku. “Ma, ini gimana? Nata bingung mah. Liesya sedang kritis, bunda juga ikutan kritis. Nata takut hiks hiks…” Aku memeluk Mama Mayang sangat erat. Mas Rendra, papa dan bapak bertemu dokter dan konsultasi, bertanya tentang kondisi Aliesya dan bunda. Ketiganya kembali denga