Aku yang tadi sudah sempat tertidur, jadi terbangun karena mendengar suara samar-samar dari luar kamar. Aku menoleh ke sisi kasur sampingku, kosong, tidak ada Mas Rendra di situ. Mungkin saja itu suara Mas Rendra yang samar-samar aku dengar. Karena penasaran, aku bangun, memakai selimut untuk menghalau hawa dingin yang menyergap hingga menusuk tulang. Aku semakin menggigil karena sengaja menunggu Mas Rendra yang ternyata sedang menerima telepon. Beberapa kali dia menyugar rambutnya dengan kasar, sepertinya dia gusar dengan si penelpon. Aku sengaja menyenderkan tubuh ke tembok yang berjarak tidak jauh dari Mas Rendra, karena posisinya yang membelakangiku, membuatku cukup aman hingga aku bisa menguping pembicaraannya entah dengan siapa. “Kenapa lagi sih Feli? Kan ini akhir pekan, memang