Satria menatap suasana ramai di kolam renang rumahnya dari jendela kamar besar dimana ia berada. Dulu kolam renang itu penuh dengan dirinya para sepupu yang sibuk bermain air ketika orang tua mereka berkumpul untuk makan dan arisan atas nama menjalin silaturahmi.
Kini acara itu masih terus berlangsung, dan kini yang memenuhi kolam renang itu adalah anak-anak dari sepupunya. Tiba-tiba ia teringat akan seorang gadis kecil yang selalu memaksa untuk ikut berenang hanya mengenakan singlet dan celana dalam walau sang ibu melarangnya karena tak bisa menjaganya bermain dalam air.
Gadis kecil itu adalah Elora, gadis periang yang tak pernah bisa diam dan selalu kesana kemari sedangkan Nirmala - sang ibu sibuk menyuapi anaknya yang lain dan masih bayi, Erlan. Satria masih ingat, dulu Nirmala selalu datang bertiga saja ke acara keluarga mereka.
Untuk Erlan, Nirmala adalah salah satu tantenya yang tercantik yang pernah ia tahu, tetapi kehidupannya berbanding terbalik dengan wajahnya. Sudah menjadi rahasia umum dalam keluarganya bahwa Nirmala bercerai dengan suaminya dan memutuskan untuk membesarkan kedua anaknya sendirian dengan menjadi penjahit di salah satu butik, ketika mengetahui bahwa sang suami menikah kembali.
Dua puluh tahun kemudian, mereka semua kembali bertemu di acara silaturahmi lebaran keluarga besar mereka di sebuah hotel. Si gadis kaos singlet itu sudah dewasa dan tak sengaja duduk disamping Satria walau mereka tak saling bicara.
Sebuah foto menangkap kebersamaan mereka secara tak sengaja, membuat para sepupu sang ibu spontan menyuruh Satria untuk dijodohkan pada Elora, toh mereka bersaudara jauh dan asal usul keluarganya pun sama-sama jelas. Apalagi mereka sangat menyayangi Nirmala yang dikenal berhati lembut dan pekerja keras. Mereka berpikir, jika Nirmala sebaik itu tentu saja Elora tak akan berbeda jauh dari sang ibu.
Satria tergelak sendiri ketika mengingat pertemuan pertamanya dengan Elora di acara kencan buta mereka yang sebenarnya gak buta-buta amat karena mereka berdua sudah mengenal satu sama lain walau tak pernah berbicara.
Satria ingat, Elora tak bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya ketika melihat saldo rekeningnya bertambah sangat banyak.
Siapa yang tidak akan terkejut, jika di pertemuan kencan buta mereka, ia langsung memberikan uang sebesar 3 kali gaji Elora saat itu hanya sebagai pengganti 2 cangkir kopi dan sepiring cemilan diatas meja mereka yang ternyata sudah dibayar oleh Elora.
“Loh, kok gantinya banyak banget?!” ucap Elora sambil menatap Satria sambil berusaha untuk menutupi rasa senangnya.
Gadis itu seolah berusaha menunjukan bahwa ia adalah perempuan mandiri dengan membayar semua pesanan makanan mereka, padahal Satria sempat memergoki notifikasi reminder pembayaran pay later dan mungkin juga pinjol yang terus muncul di handphone gadis itu sampai Elora membalik handphonenya sendiri dengan gusar karena terus muncul.
“Nanti aku beri lagi kalau kurang, yang jelas semoga itu bisa membantu untuk menghentikan dering telepon dan notifikasi yang muncul terus di handphone kamu,” ucap Satria dingin sambil menghabiskan sisa kopi dalam cangkirnya.
Semburat merah wajah Elora yang tak bisa menyembunyikan rasa malu ketika sadar Satria sadar masalahnya.
“Apaan sih, mas?! Itu cuma notifikasi biasa aja,” jawab Elora cepat mencoba menjaga harga dirinya.
“Lebih baik kamu lunasi semua, sebelum kita benar-benar serius berhubungan. Aku gak mau ketika kita sedang bersama, para penagih pinjol dan paylater itu sibuk menghubungi. Ngapain sih pake yang begituan?!”
“Ck, tenang aja mas! Itu urusanku! Aku professional kalau urusan kerjaan! “
“Kamu yakin gak? Aku gak mau loh, Intan sampai tahu kalau kita hanya pura-pura!”
“Duh, tenang ajaaa… semua pasti lancar … si Intan itu pasti minder kalau ketemu aku!”
“Gak mungkin!”
“Kok, gak mungkin?! Wajahku gak jelek loh mas!” ucap Elora mendadak tersinggung dengan jawaban pendek dan datar Satria.
“Intan itu sangat merawat dirinya, gajinya besar dan kerjaannya bolak balik salon, klinik kecantikan dan olahraga. Kamu ini harus di grooming biar tampak lebih terurus.”
“Ih, sialan! Jahat banget sih mulutnya! Aku begini karena gak ad…”
Satria segera menutup mulut Elora dengan sebelah tangannya dan sebelahnya lagi segera merangkul pinggang Elora dan menariknya mendekat. Gadis ini terlalu banyak bicara yang bisa membuat orang bisa mendengarkan pembicaraan mereka.
“Kamu tuh berisik banget, mulai hari ini coba bicara dengan lebih tenang dan pelan. Pembicaraan kita bukan untuk konsumsi semua orang,” bisik Satria perlahan ditelinga Elora.
Melihat Elora mengangguk Satria segera melepaskan bekapan tangannya di bibir Elora. Tetapi tak melepaskan rangkulan pinggangnya. Ia harus memastikan bahwa gadis ini mengerti tugasnya nanti.
“Aku benar-benar serius, Elora! Aku tak ingin kekasihku tersakiti oleh Intan yang posesif sehingga aku harus merahasiakannya. Aku akan menjadi kekasihmu mulai hari ini, toh kalau kita berhubungan tante-tante kita yang berisik dan sibuk menjodohkan kita itu akan segera diam,” bisik Satria serius.
Satria menghela nafas panjang ketika ia kembali teringat anggukan Elora yang begitu pasti karena mulai saat itu mereka berdua memproklamirkan kepada semua orang bahwa mereka bersama sebagai sepasang kekasih.
Siapa sangka, kini si gadis singlet itu kembali muncul dihadapannya setelah menghilang 2 tahun sebagai karyawannya di kantor. Satria tak menyangka kembalinya Elora ternyata cukup membuat pikirannya terusik. Setahun menjadi kekasih bayangannya ternyata menyisakan bekas dihatinya.
Sebuah ketukan dipintu membuat Satria tersadar dari lamunannya yang panjang.
“Ya?” jawab Satria cepat.
“Mas, dipanggil ibu sama bapak, disuruh ikut ngumpul dibawah, pada nanyain mas Satria,” ucap Sumi asisten rumah tangganya.
“Nanti aku turun, “ jawab Satria cepat sambil mengambil jam tangan dan merapikan pakaiannya.
Satria mengatur nafasnya dengan tenang sebelum ia membuka pintu dan membaur dengan keluarga besarnya untuk berbasa-basi sebelum ia dipenuhi dengan pertanyaan kapan menikah, siapa kekasihnya sekarang, dan lain sebagainya.
***
Elora menatap makanan yang baru saja datang diantar kurir ke rumahnya. Sang ibu Nirmala tengah sibuk membuka dan memindahkannya ke tempat yang lain. Ia baru saja keluar dari kamar tidurnya setelah bermalas-malasan di akhir pekan ini.
“Dari siapa mi?” tanya Elora sambil mencomot salah satu kue basah kesukaannya.
“Dari mbak Nur, hari ini seperti biasa ada kumpul arisan keluarga besar kita. Kalau acaranya di rumah mbak Nur, pasti selesai acara mbak Nur kirim makanan ke rumah.”
Jawaban sang ibu membuat Elora tersedak, karena sang ibu menyebut nama bekas calon mertuanya alias orang tua Satria.
“Kok banyak banget ngirimnya?” tanya Elora pelan.
“Soalnya mbak Nur tahu dirumah kita ini banyak orang, ada kita dan beberapa tukang jahit.”
“Mami kenapa gak pernah datang keacara keluarga lagi sih? Kan gak apa-apa juga, gak ada hubungannya dengan putusnya aku dengan mas Satria,” tanya Elora perlahan.
“Mami gak pernah dateng lagi bukan karena kalian putus, tetapi sejak kamu dan Satria pacaran, mbak Nur semakin baik sama Mami. Waktu kalian putus ia tetap baik sama mami. Mami gak enak karena tiap bertemu, dia selalu kasih sesuatu. Ya uang, makanan atau barang dan gak pernah mau ditolak. Dari sejak mami cerai sampai sekarang, mbak Nur yang paling banyak bantu Mami. Sesekali kamu harus hubungi mbak Nur, El. Walau gak jadi calon mertua, gimanapun dia masih keluarga, kamu harus tetap silaturahmi. Dia masih suka nanyain kabar kamu sewaktu kamu tinggal di Semarang dan Bandung.“
Elora hanya diam dan menundukan kepala. Ucapan sang membuatnya teringat pada perempuan setengah baya yang begitu enerjik, tegas dan suka tertawa. Nurana, ibunda Satria. Walau sangat cerewet tetapi perempuan itu memang baik sekali. Ia mengajari banyak hal pada Elora dulu agar bisa menjadi seorang istri yang baik. Ia tak segan-segan menegur Elora jika berbuat salah tetapi tak pernah dengan nada emosional atau marah. Setiap ucapannya selalu diiringi dengan alasannya membuat semua orang mengerti dengan apa yang ia maksud dan hal itu juga terlihat di dalam diri Satria.
Akh, pembicaraan ini hanya membuatnya kembali teringat pada mantan kekasih yang juga kali ini menjadi bos besarnya dikantor. Semua tentang Satria.
Bersambung.