Kaisar hanya diam saat Alea masuk ke dalam mobil. Bahkan, hingga mobil melaju membelah jalanan sore yang mulai merayap ke arah senja, tak ada obrolan dari keduanya. Kaisar menyalakan mesin tanpa sepatah kata pun. Hanya deru AC dan dengungan ban di atas aspal yang mengisi keheningan di antara mereka. Alea menatap keluar jendela, menyandarkan kepalanya ke kursi. Ia tahu, pria di sampingnya sedang marah. Terlalu jelas dari caranya menggenggam setir, kaku, seolah siap meremukkan benda itu kapan saja. Alea tidak ingin memulai percakapan. Ia tahu, setiap kata yang keluar dari mulutnya saat ini bisa menjadi percikan api yang membuat keadaan makin panas. Jadi ia memilih diam. Namun keheningan itu akhirnya dipecahkan oleh suara berat Kaisar. “Apa kamu sama sekali tidak merasa bersalah?” ucapnya,