Kaisar keluar dari dalam kamarnya sembari menguap lebar. Pria itu sudah rapi dengan baju kerjanya, menuju ruang makan lalu meletakkan tas kerja di salah satu kursi yang ada di dekatnya. Semalaman ia gelisah. Bukan karena pekerjaan menumpuk, bukan juga karena ada masalah bisnis. Melainkan karena satu hal sederhana: Alea. Wanita itu—istri yang kini menempati kamar terpisah—membuat tidurnya terasa hampa. Kaisar sempat mondar-mandir di depan pintu kamar Alea semalam, bahkan sempat berdiri lama sambil memandangi gagang pintu. Harapannya, kalau saja Alea membuka pintu, ia bisa beralasan untuk sekadar mengobrol, atau pura-pura menanyakan hal sepele. Namun, pintu tetap terkunci rapat. Hanya kesunyian yang menyambutnya. Kaisar mendengus. Melirik pada keberadaan Alea yang tengah sibuk di dapur mi