"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" "Ya karena aku ragu apakah kamu memang masih mencintai aku atau tidak." "Dias ... rasa cinta itu tentu saja masih ada." “Lalu bagaimana dengan Alea?” suara Dias pecah, penuh getir. “Apa kau juga mencintainya?” Pertanyaan itu menggantung di udara. Begitu tajam, menembus hati Kaisar. Ia menelan ludah, lidahnya kelu. Pikirannya kacau, hatinya bimbang. Kaisar menunduk, kedua tangannya saling menggenggam erat di atas lutut. Napasnya terasa berat, seperti ada batu besar yang menghimpit dadanya. Kata-kata Dias barusan membuatnya semakin terpojok. “Aku…” Kaisar berusaha mengatur napas, tapi suaranya terdengar serak. “Aku tidak tahu, Di.” Seketika wajah Dias berubah. Matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar menahan tangis. Namun dari ekspresi Kaisar, ia bis
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari