Udara senja menyusup dari jendela besar di ruang kerja yang penuh dengan buku dan berkas medis. Dokter Budi, seorang dokter senior yang sudah pensiun dari praktik sehari-hari, duduk di kursi kulitnya sambil membuka beberapa dokumen lama. Rambutnya yang mulai memutih menambah kesan wibawa, sementara kacamata tipis yang bertengger di hidungnya membuatnya tampak bijak sekaligus tajam. Pintu ruangan itu diketuk pelan. “Masuk,” ucapnya singkat. Pintu terbuka, dan muncul sosok Andika. Jas dokter yang masih menempel di tubuhnya terlihat rapi, namun wajahnya jelas menyimpan keraguan. Ia melangkah masuk, menutup pintu perlahan. “Papa,” sapa Andika sopan. Dokter Budi mengangkat wajahnya, menatap putranya dengan sorot mata penuh tanya. “Duduklah, Andi.” Andika menuruti, duduk di kursi berhadapa