Pagi itu, suasana kantor sudah mulai ramai. Deretan meja dengan komputer yang menyala penuh aktivitas, suara telepon berdering, dan langkah tergesa para karyawan yang membawa dokumen, menciptakan kesibukan yang khas. Namun, di antara riuh itu, Kaisar berjalan dengan langkah berat menuju ruang kerjanya. Pikirannya penuh, tak bersemangat menjalani aktifitasnya. Andri, rekan sekaligus sahabat dekatnya, sudah menunggu di depan ruangannya. Tatapannya tajam, penuh tanda tanya. "Kamu ngapain pagi-pagi sudah di sini?" "Sengaja nungguin kamu. Banyak hal yang kamu harus jelaskan padaku." Begitu Kaisar baru saja duduk dan menjatuhkan punggung di sandaran kursi, suara Andri langsung memecah suasana. “Aku nggak budeg, Kai,” ucapnya pelan tapi menusuk. “Aku dengar sendiri. Kamu menyebut Alea sebaga