Suasana kantor pagi itu tampak sibuk. Deretan karyawan sudah sibuk dengan laporan masing-masing, suara ketikan keyboard bersahut-sahutan, dan telepon berdering silih berganti. Di ruangan besar penuh kaca, Kaisar duduk di kursinya dengan wajah yang tampak letih. Meski ia sudah sempat tidur semalam, pikirannya masih kusut. Bayangan percakapan dengan mamanya, lalu tatapan kecewa istrinya itu ketika menolak hadiah darinya, masih terus terulang. Sementara itu, Andri, sahabat sekaligus rekan kerjanya yang sudah lama mengenal Kaisar, masuk ke ruangan dengan ekspresi penasaran. Tangannya membawa setumpuk berkas, tapi matanya justru memperhatikan wajah Kaisar dengan seksama. “Pagi, Kai,” sapa Andri sambil duduk tanpa dipersilakan. “Pagi,” jawab Kaisar singkat. Andri meletakkan berkas, lalu meny