Tubuh Nailah membeku dalam posisi berdirinya, tatapannya tercengang melihat apa yang dilakukan oleh bosnya, pria yang belum terlalu dia kenal. Lihatlah bagaimana pria itu menghadapi tetangganya yang julid, dan lihatlah apa yang dia lakukan pada ibunya yang sudah terisak, pria itu memeluk ibunya dan menenangi wanita paruh baya tersebut layaknya sebagai ibunya sendiri. Netra Nailah ikutan berembun, langsung saja dia menengadah wajahnya menatap langit-langit agar air matanya tidak jatuh. Mau bagaimanapun melihat sikap Keenan terhadap ibunya membuat hatinya terenyuh, bersamaan itu bayangan Haidar yang tidak seperti itu pada ibunya muncul dan tanpa dia sadari jadi membandingkan kedua pria itu. “Ah ... kenapa jadi membanding-bandingkan,” gumam batin Nailah, dan menghempaskan pikirannya yang se