114. Provokator

1973 Kata

Hukma, Lintang dan Gendis tengah asik memegang microfon masing-masing di tangannya. Ketiga gadis itu sedang bernyanyi dengan suara yang amat tidak enak didengar. Lintang yang semula tidak ingin ikut pun, kini malah merasa senang. Lintang bernyanyi seraya memegang mic dengan kedua tangannya. "Ah senangnya hari ini!" pekik Hukma dengan kencang. "Aku juga senang, akhirnya bisa bebas dari jeratan mata Pak Aidan. seharian ini Pak Aidan sangat rewel, mepet-mepet terus kerjaannya," pekik Gendis tidak kalah kencang. "Aku juga senang, sekarang aku seolah menjadi gadis lajang lagi," ucap Lintang yang tidak mau kalah. Hukma memesan privat room yang membuat mereka bebas bernyanyi kencang di sana. Tempat mereka memang di bar, tetapi di meja hanya ada air mineral dan tiga jus jeruk. Tentu saja merek

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN