Davit dan Bayu sampai di perusahaan Aidan. Akalana membimbing mereka untuk menuju ke ruangan atasannya. Akalana mengetuk pintu ruangan Aidan pelan. “Masuk,” titah suara Aidan dari dalam. Davit dan Bayu bergegas masuk, pria itu menatap Aidan yang saat ini merebahkan kepalanya di meja. Aidan tampak lesu, rambutnya acak-acakan dan jas hitam Aidan terlempar ke lantai. Ada satu botol anggur merah yang belum terbuka segelnya di atas meja. “Aidan, kita mau bicara,” ucap Davit mendekati Aidan. “Bicaralah!” titah Aidan. “Bangun!” pinta Bayu juga mendekati Aidan. Pria itu memaksa Aidan untuk mengangkat kepalanya, tetapi Aidan masih betah di posisinya. “Cepat, katakan saja apa yang ingin kalian katakan!” kata Aidan. “Kami ke sini mau kasih tahu kamu kalau pacar kamu sudah keterlaluan. K