117. Mengundang Kemarahan

2174 Kata

Gendis berjalan mengedap-edap memasuki halaman belakang rumah Aidan. Gadis itu menarik napasnya dalam-dalam sebelum ancang-ancang berlari menuju pintu yang terhubung dengan dapur. Baru saja Gendis mengembuskan napasnya, suara seorang pria membuat Gendis tersentak. “Sudah senang-senangnya?” tanya Aidan bersedekap d**a sembari menatap Gendis. Gendis menoleh, melihat Aidan yang berada di sisi kanannya. “Eh Pak Aidan, ngapain di pintu belakang?” tanya Gendis menetralkan ekspresinya. “Lagi motong rumput,” jawab Aidan. Gendis menatap rumput-rumput yang sudah pendek. Baru saja kemarin dibersihin oleh tukang kebun yang dipanggil Aidan khusus, tidak mungkin kalau dalam semalam bisa tumbuh lebat lagi. “Tapi kan rumputnya baru dipotong,” jawab Gendis. “Memangnya gak boleh potong rumput yang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN