59. Sosok Misterius

1211 Kata
Beberapa hari kemudian... Hari ini adalah hari Sabtu, hari libur sekolah. Sesuai dengan yang dikatakan Abian beberapa hari sebelum Olimpiade, mereka akan jalan. Jam sudah menunjukkan pukul dua siang, Abian mengatakan akan menjemput dirinya pukul setengah tiga. "Pergi sama Abian ya, Re?" "Iya, Bun. Kan pagi tadi udah aku bilang." Tika hanya nyengir kuda. "Iya ya, Bunda malah lupa." Adreanne menggeleng-gelengkan kepalanya. "Abian siapa? Kok lo pake dress selutut? Cowok lo ya?" Damien yang juga berada di sana ikut bersuara. "Apa sih, kerjain aja tugasnya. Jangan bicara," sahut Adreanne jengkel. "Widih adek gue, udah nggak sama Edzard udah langsung dapet pengganti," goda Damien dengan suara yang menyebalkan bagi Adreanne. "Bundaa!!" Gadis itu mengadu dengan wajah memerah karena godaan Damien. "Udah, jangan gangguin adek kamu. Abian sama dia cuma temenan kok. Lagian katanya mau gramed," kata Tika menengahi. Adreanne menjulurkan lidahnya. "Ntar gue nitip makanan ya." Damien kembali memfokuskan perhatiannya pada laptop. Ia sedang mengerjakan skripsi bab tiga nya. "Iya, kalau ingat." Adreanne menyahut sekenanya. Terdengar deru suara mesin mobil di luar sana. "Kayaknya itu Abian, Bun. Kalau gitu aku pergi ya." Adreanne mencium punggung tangan Tika dan mengecup pipi sang Bunda sekilas. "Lo nggak pamit ke gue?!" tanya Damien setengah berteriak karena Adreanne sudah berjalan menjauh. "Nggak!" balas gadis itu berteriak. *** Abian mengajak Adreanne ke Gramedia yang ada di suatu Mall sesuai dengan pesannya pagi tadi. "Kamu mau cari buku apa, Bi?" Kini mereka sudah berada di Gramedia, baru masuk lebih tepatnya. "Mau cari buku latsol sama self improvement." "Udah tau penulisnya siapa?" Abian mengangguk. "Kamu mau beli buku juga? Pilih aja dulu, selagi aku milih buku untukku juga." Aneh, cara bicara Abian berubah. Itulah yang dipikirkan Adreanne. Biasanya Abian menggunakan lo-gue, tapi kini cowok itu menggantinya. "Ya udah." Adreanne memilih untuk tidak mempermasalahkan tentang perubahan cara bicara Abian, ia berjalan menuju rak-rak buku novel. Kebetulan stok bacaannya sudah habis. Sekitar dua puluh menit mereka berpencar, Abian memutuskan mencari Adreanne lebih dulu. Dan ia mendapati gadis itu sedang fokus membaca novel yang kebetulan sudah terbuka segel plastiknya. "Bukunya bagus?" Adreanne kontan menutup bukunya dan berjengkit kaget. "Kamu ngagetin aku." Abian terkekeh pelan karena Adreanne begitu lucu ketika terkejut. "Maaf. Buku yang kamu baca bagus?" Adreanne mengangguk dua kali. "Aku udah baca awal part yang ini, bagus banget. Terus buku yang satunya lagi bagus dari sinopsisnya." "Mau beli dua-duanya?" Adreanne menatap Abian dan buku di tangannya dengan ragu. "Err, kayaknya nggak deh Bi. Paling beli satu aja." Abian tersenyum, ia mengambil alih kedua buku di tangan Adreanne dan membawanya ke kasir. "Nggak usah, Bi. Yang ini aja, satunya lagi taruh di rak lagi." "Udah nggak apa. Hadiah dari aku karena kamu kemarin lomba olim," sahut Abian kalem. Cowok itu mengeluarkan kartu debitnya dan memberikan pada sang kasir. "Tapi pengumumannya kan belum, Bi." "Maksud aku, menang yang provinsi kemarin. Udah jangan banyak protes, ini." Abian menyerahkan buku yang sudah masuk ke dalam plastik dan tentunya sudah dibayar. "Makasih banyak lho, Bi." Lagi-lagi Abian tersenyum. "Iya, sama-sama. Sekarang kita mau ke mana? Lapar nggak?" "Adreanne menggeleng tidak tahu. "Aku ngikut kamu aja." Abian menatap wajah Adreanne yang dipoles make up seadanya dan tampak natural. "Kita makan dulu, aku laper." Mau tidak mau Adreanne mengangguk menurut. Ia berjalan bersisian dengan Abian menuju salah satu resto yang ada di lantai tiga itu. "Pesan aja," kata Abian kala keduanya sudah duduk. Adreanne membolak-balikkan buku menu, jujur saja ia tidak terlalu lapar. Akhirnya ia memesan cheese ball dan es krim saja. "Yakin cuma itu?" tanya Abian memastikan. "Iya, Bi." Abian pun tidak berkomentar lagi. Cowok itu memesan menu yang ia inginkan. "Oh iya, bentar lagi kita kelas dua belas." Adreanne menganggukkan kepalanya. "Iya aku tahu." "Nanti juga nggak bakal kerasa, udah mau masuk kuliah aja." Adreanne mengangguk setuju. "Iya, aku sampai sekarang agak bimbang mau masuk ke mana." "Rencananya kamu mau ambil apa?" "Kedokteran, kamu?" "Nggak heran sih, kamu pinter pasti bisa jadi dokter. Kalau aku kayaknya teknik informatika." "Semoga kita bisa lulus dengan nilai memuaskan dan masuk univ yang bagus dan prodi yang sesuai dengan target," ujar Adreanne penuh harap dan diaminkan langsung oleh Abian. Tanpa mereka sadari, sepasang mata memperhatikan mereka dari jauh. Ah tidak, lebih tepatnya sosok itu mengamati Adreanne dan menyimak pembicaraan kedua remaja tersebut. *** Edrea sedang turun ke Bumi saat ini dan berkunjung ke rumah sang kakak. Karena tidak ada apapun yang menarik di dalam rumah Edzard, alhasil gadis itu membujuk Edzard agar mengajaknya jalan-jalan keluar rumah. Dan di sini lah mereka berada. Di salah satu pusat perbelanjaan yang cukup besar di kota ini. Jika bukan karena paksa yang berbalut bujukan dari Edrea, Edzard mana mau menginjakkan kakinya di tempat ramai seperti ini. "Aku pengen cobain makanan di situ." Edrea menarik ujung kaos yang dikenakan Edzard seraya menunjuk sebuah restoran dengan tangannya yang lain. Tak lupa gadis itu menunjukkan puppy eyes-nya yang membuat Edzard bergidik ngeri seakan ingin muntah. "Ya udah ayo." Edzard pasrah saja, asalkan adiknya ini senang. Keduanya memilih tempat duduk di sudut resto yang tidak terlalu ramai. Edzard segera menyuruh Edrea untuk memesan, dan seperti dugaannya. Adiknya itu memesan makanan tidak kira-kira. Sekaligus memesan empat menu. "Serius kau akan menghabiskannya?" Tatapan mata Edzard jelas tak percaya dengan empat jenis makanan yang disebutkan Edrea ke pelayan. Edrea mengangguk yakin. "Akan habis, tenang saja. Lagi pula aku sedang stress." Tidak ada alasan untuk protes, Edzard pun tidak melarang lagi dan menyebutkan makanan pesanannya sendiri. Setelah itu sang pelayan berlalu pergi. "Kenapa kau stres? Apa terjadi sesuatu yang buruk di Istana?" tanya Edzard serius dengan berbisik dan nyaris tak terdengar. "Bukan di Istana. Tapi hatiku," keluhnya lesu. Gadis itu menjatuhkan kepalanya di atas meja. "Kenapa lagi? Zach bertingkah?" Edrea menggeleng samar. "Perasaanku padanya sangat besar, tapi dia tidak peka. Sakit hatiku," curhatnya dengan pilu. Edzard tertawa kecil. Diantara dirinya dan Edrea memang tak ada rahasia. Mereka saling bertukar cerita, termasuk soal perasaan. "Minta saja pada Ayah agar menjodohkan kalian lalu menikah. Lagi pula Zach adalah calon Duke. Keahliannya dalam pedang pun tidak main-main. Cocoklah untuk dirimu yang ceroboh." Edzard berujar dengan santai. Kedua pipi Edrea bersemu merah. "Tapi aku malu bilang ke Ayah," cicitnya. "Itu gampang, nanti aku yang akan mengaturnya. Setuju?" Dengan malu-malu Edrea mengangguk. "Tapi jangan kasih tau ke Ayah kalau yang naksir. Buat alasan lain aja." Edzard menyeringai. "Mana bisa begitu." "Ah, kakak!" pekik Edrea kesal. "Iya, iya aman." Edrea membuang pandangannya keluar resto. Matanya terbelalak melihat sosok yang ia kenali. "Bukannya itu Adelard dan Max pengawal pribadinya?!" Tentu saja Edrea begitu terkejut melihat Adelard. "Apa yang dia lakukan di Bumi?" bisik Edrea menatap Edzard horor. "Pengganggu. Dia hanya akan menggangguku di sini, tapi tenang saja, aku tidak akan terpengaruh olehnya." "Dia sudah lama turun?" tanya Edrea begitu penasaran. Edzard menganggukkan kepalanya. "Sudah sebulanan lebih." "Kenapa dia pendendam sekali, aku sana sekali tidak habis pikir dengan jalan pikiran di otaknya," dengus Adreanne. Edzard hanya tertawa lepas. "Biarkan saja, nanti dia juga lelah sendiri. Abaikan dan anggap dia tidak ada." Edrea ikut tertawa lalu mengangguk. "Dia seperti iblis saja, dan yah bagus jika mengabaikannya." Tiba-tiba ponsel Edzard berbunyi notifikasi pesan masuk. Edzard merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel. Dahinya mengerut dalam melihat isi pesan terakhir yang bertuliskan nama. Adelard. Mau apa makhluk kurang kerjaan itu mengirimkannya pesan?! *** TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN