48. Pendekatan ala Adelard

1078 Kata
Sesampainya di UKS Edzard langsung menurunkan Adreanne tepat di ranjang. Seorang penjaga UKS wanita pun menghampiri mereka. "Kamu kenapa Rea?" tanya penjaga UKS bernama Lisa. "Pusing gitu, Bu," aku Adreanne. Lisa meraba kening Adreanne yang ternyata terasa hangat. "Badan kamu lumayan hangat." "Padahal tadi di rumah saya udah yakin panasnya benar-benar hilang," ujar Adreanne pelan. Edzard hanya diam dan menyimak. "Ya sudah, kamu istirahat aja. Kamu teman Adreanne, kan? Katakan pada guru mapel selanjutnya kalau dia akan istirahat," ujar Lisa pada Edzard. Edzard menganggukkan kepalanya. "Baik, Bu." "Kamu berbaringlah, Ibu ambil Paracetamol dulu," kata Lisa pada Adreanne. Adreanne menuruti perkataan wanita berusia tiga puluh tahunan itu, ia membaringkan tubuhnya di ranjang. Sesaat kemudian Lisa kembali dengan gelas air putih dan juga obat di tangannya. "Minumlah." Adreanne mengambil Paracetamol itu dan membuka bungkusnya, lalu ia memasukkan pil itu ke dalam mulut. Ia langsung mengambil gelas air dan meneguk isinya hingga obat tersebut hanyut masuk ke dalam tenggorokannya. "Terimakasih, Bu." Lisa mengangguk, tatapan beralih ke Edzard. "Kamu ngapain masih di sini? Sana masuk ke kelas," usirnya. "Baik, Bu." Edzard menatap Adreanne sejenak lalu tanpa mengucapkan sepatah kata lagi ia melangkahkan kakinya keluar dari UKS. Di luar UKS ia tidak sengaja berpapasan dengan Adelard. "Mau apa kau?" tanya Edzard sengit. Adelard mengangkat plastik berisi roti-roti yang ia bawa. "Untuk calon pacar." Edzard menggeram kesal mendengar kalimat Adelard. "Pacar kepalamu. Dia sudah tidur, lebih baik kau pergi sekarang," usirnya dengan sinis. Adelard terkekeh melihat gurat emosi di wajah Edzard yang tak membuatnya mundur begitu saja. "Bukan urusanmu." Setelah mengatakan hal itu ia kembali melangkah menuju UKS. Edzard mencekal tangan Adelard yang dua langkah lagi akan tiba di depan pintu UKS. Adelard mendengus lantas menepis kasar tangan Edzard. "Leb-." Cklek! "Kalian ngapain ribut-ribut di depan UKS?" Lisa keluar dan menatap garang kedua siswa yang berdebat di luar. "Dia mau gangguin Adreanne, Bu. Padahal sudah saya larang karena Adreanne nya mau istirahat," ujar Edzard mengada-ada. Mata Adelard melotot. "Kamu ini! Orang lagi sakit nggak boleh diganggu, udah pergi sana ke kelas masing-masing!" usir Lisa dengan tegas. Adelard menatap Adelard dengan aura permusuhan yang kental. "Awas aja kau!" Ia pun membalikkan tubuhnya dan pergi. Edzard menghela napas lega, akhirnya Adelard pergi. "Ngapain masih di sini? Pergi sana." Suara Lisa kembali terdengar lagi. "Iya Bu, iya, galak banget sih." Sebelum mendapatkan omelan lebih lanjut, Edzard mengayunkan kakinya menjauh dari UKS. Cowok itu berjalan menuju kantin di mana hal yang tak biasa terlihat. Dante berada di kantin dengan Lily, mereka tampak bercakap-cakap santai. Langsung saja ia menghampiri keduanya. "Pesen makanan gue, Dan," titah Edzard pada Dante. Tanpa protes Dante berdiri dan berjalan ke salah satu penjual makanan. "Lo ngapain di sini? Si Rea gimana?" tanya Lily dengan dahi mengerut. "Dia masih demam, istirahat di UKS. Ntar lo antar roti atau apa kek untuk dia." "Emang. Tanpa lo suruh pun siap makan nanti, gue memang berencana mau antar makanan," sahut gadis itu acuh tak acuh. "Adreanne mana?" Tiba-tiba Abian datang bersama Arsen as always. "Di UKS, sakit." Lily menjawab. Edzard berdecak tidak suka. Ia bisa lihat langsung raut wajah Abian yang berubah cemas. "Jangan pergi ke UKS, dia lagi tidur. Yang ada lo bakal ganggu," sergah Edzard cepat ketika Abian hendak meninggalkan meja mereka. "Gue cuma mau lihat dia bentar," kata Abian keras kepala. "Lo ngerti apa yang gue bilang nggak sih?" desis Edzard tajam. "Bener tuh, si Adreanne lagu tidur. Lebih baik nggak usah diganggu." Kini Arsen yang berbicara. Abian menghembuskan napas pelan. "Baiklah." Edzard tersenyum menang. Namun di dalam hati ia masih mengomel, kenapa banyak lelaki yang peduli dengan Adreanne?! Sial, Adreanne benar-benar populer di kalangan laki-laki. Membuatnya jadi goyah untuk tidak melepaskan gadis itu. *** Adreanne membuka kedua kelopak matanya, ia merubah posisi menjadi duduk. Sudah berapa lama ia tertidur? "Oh kamu udah bangun?" Lisa berdiri dari kursi kerjanya dan berjalan mendekati bangsal yang di tempati Adreanne. "Maaf, Bu. Udah berapa lama ya saya tidur?" tanyanya dengan nada tidak enak. "Sudah dua jam. Oh iya, kamu belum isi perut kan? Ini teman kamu ada bawain roti." Lisa mengambil kantung kresek berisi dua roti yang berukuran sedang isi cokelat. "Makasih, Bu." Tangan Lisa meraba kening Adreanne yang sudah bersuhu normal kembali. "Pusingnya udah bilang?" "Udah, Bu." "Baguslah. Ya udah kamu makan, habis itu bisa balik ke kelas." "Baik, Bu. Terimakasih." Adreanne segera mengisi perutnya. Setelah perutnya terisi, ia bangkit dari ranjang dan hendak berpamitan dengan Lisa. "Saya kembali ke kelas dulu ya, Bu. Terimakasih sudah menjaga saya," pamitnya. Lisa mengangguk. "Sudah menjadi tugas saya." Adreanne mengayunkan kakinya keluar dari UKS. "Hei." Adreanne berjengkit kaget ketika membalikkan tubuhnya. Sosok yang mengejutkan dirinya adalah Adelard, si anak baru. "Kau mengagetkanku!" serunya kesal. "Maaf. Apa kau baik-baik saja?" tanyanya dengan nada sesal. "Aku baik-baik saja," sahutnya acuh tak acuh. "Kalau begitu, ayo aku antarkan ke kelas." Mata Adreanne memicing curiga menatap Adelard. "Sekarang masih jam pelajaran, kenapa kau berkeliaran?" "Aku menunggumu," jawab lelaki itu ringan. "Menungguku sampai bangun?" "Well sebenarnya tidak. Beberapa menit yang lalu, aku merasa kau akan bangun. Oleh sebab itu aku langsung ke sini," ungkap Adelard tak sepenuhnya bohong. Karena memang instingnya yang tajam lah yang membuatnya cepat berada di UKS. "Oh begitu, ya udah ayo ke kelas!" Adelard tersenyum. Lantas menggerakkan kakinya meninggalkan teras depan UKS. Adelard berdehem pelan, membunuh keheningan diantara mereka yang sedang berjalan di koridor. "Omong-omong, nanti pulang sekolah kau sendiri?" "Aku dijemput oleh Ayahku." Raut wajah Adelard berubah kecewa. "Baiklah kalau begitu." Beberapa menit kemudian mereka tiba di depan kelas Adreanne. "Aku akan masuk, jadi lebih baik kau juga pergi ke kelasmu." Adelard menggeleng samar. Pria itu justru membuka pintu kelas tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. "Maaf, Bu. Saya mengantarkan Adreanne yang baru saja pulih," ujar Adelard langsung. Ia menarik Adreanne yang malah stay berdiri di belakang Adelard. "Oh iya, masuk, masuk! Padahal kamu boleh istirahat sampai pulang lho, Re," kata bu Siska yang sedang mengajar. "Saya udah baik-baik aja Bu, dan nggak mau ketinggalan kelas Ibu." Wajah wanita paruh baya bernama Siska itu menampilkan raut gembira. "Kalau begitu duduk di kursimu. Kalau pelajaran ini sulit, kamu bisa istirahat di kursimu." "Baik, Bu. Terimakasih banyak." Adreanne menoleh ke Adelard sejenak lalu melanjutkan langkahnya menuju kursinya di samping Lily. Edzard yang sejak tadi menyimak, tak bisa menyembunyikan rasa tidak sukanya. Matanya melirik ke arah Adelard yang menyeringai puas menatapnya. "Kamu bisa kembali ke kelasmu," kata Bu Siska pada Adelard yang sejak tadi diam membatu di depan pintu. "Baik, Bu." *** TBC...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN