44. Kejutan?

1022 Kata
Keesokan harinya, tubuh Adreanne mendemam. Entah disebabkan oleh apa, ia sendiri tidak tahu. Padahal seingatnya kemarin ia tidak mandi di danau bersama Edzard. Tapi kemungkinan besar penyebab ia sakit adalah kelelahan. Tadi malam selepas memijit kaki Damien, ia juga belajar sangat keras hingga lupa waktu. Pada pukul tiga subuh ia baru terlelap. Ya, pasti karena kelelahan dan kurang minum! Setelah selesai sarapan yang ia lakukan dengan paksa, Adreanne kembali berbaring di ranjangnya. Adam mengambil nampan yang berisi bekas peralatan makan Adreanne dan meletakkannya di atas nakas. Adam mengangsurkan obat pereda demam pada Adreanne dan segera diminum oleh gadis itu. Usai meminum obat, Adreanne merebahkan tubuhnya di ranjang lagi. "Pulang Ayah kerja nanti, kamu mau dibawain apa?" tanya Adam dengan lembut. Adam memang seperti ini, ia sangat mencintai Adreanne dan selalu memperlakukan putrinya seperti anak kecil. Pria paruh baya itu mengusap-usap puncak kepala sang putri dengan penuh kelembutan. "Nggak mau apa-apa, Ayah," balas Adreanne dengan suara yang lesu dan serak. Adam menatap Adreanne dengan serius. "Yakin? Biasanya kamu bakal minta makanan atau camilan lain tuh," ucapnya. Sengaja ia menekankan kebiasaan putrinya yang selalu minta dibelikan sesuatu ketika sakit. "Iya, Ayah. Aku lagi nggak mau apa-apa." "Baiklah kalau begitu, kamu istirahat saja. Selamat tidur," ujar Adam pada akhirnya. Lelaki itu mengecup dahi Adreanne. Setelah memperbaiki letak selimut Adreanne, Adam bangkit dan berjalan keluar dari kamar anak gadisnya. Adreanne pun memejamkan kedua matanya dan kembali tidur. Entah kenapa, tubuhnya terasa sangat lelah sekarang. *** Edzard berjalan di koridor dengan langkah ringan. Namun di depan pintu, ia tiba-tiba dihadang oleh Adelard. "Apa yang kau lakukan?" desis Edzard tajam. Ia tidak bodoh, apalagi Adelard kelasnya tidak berada di tempat yang sama dengannya. "Aku dengar kemarin, katanya kau dekat dengan manusia bernama Adreanne. Namun belakangan ini kalian tampak menjauh," kata Adelard. Kondisi sekolah memang masih sepi, jadi tidak heran Adelard berbicara sesantai itu pada Edzard. "Itu bukan urusanmu, menyingkir!" pungkas Edzard datar. Menjauh apanya? Buktinya kemarin mereka masih bersama. Bukannya menyingkir sesuai dengan yang Edzard inginkan, Adelard justru menyeringai lebar. "Besok aku ada kejutan untukmu," katanya. "Menyingkir!" usir Edzard lagi, tidak mempedulikan ucapan Adelard barusan. Adelard terkekeh lalu mengayunkan kakinya menjauh dari kelas Edzard. Pagi-pagi mengganggu Edzard, membuat moodnya cukup naik. Setelah Adelard pergi, Edzard kembali melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kelas. Ia meletakkan tasnya di atas meja lalu duduk. Ucapan terakhir Adelard kini mengganggunya, kejutan apa yang dimaksud lelaki jahat itu? Apakah berhubungan dengan Adreanne?? Hati Edzard kembali risau. Adelard adalah tipe yang akan melakukan apapun demi tujuannya tercapai, lelaki itu sangat ambisius. Jadi, apa yang dia rencanakan kali ini?! Edzard tidak bisa bercerita dengan Dante sekarang, sebab Dante pagi ini akan ke Airya. Entah karena apa, tiba-tiba saja Dante mengatakan akan pergi pulang sejenak. Edzard menghela napas, ia mencoba mengalihkan pikirannya ke arah yang positif dan tidak memikirkan hal-hal buruk yang akan ditimbulkan oleh Adelard. Lima menit kemudian ia mendapat ketenangannya, namun ketenangan itu rusak karena kelas yang semakin ramai dan mulai timbul kebisingan. Di tengah-tengah kebisingan, Edzard menoleh menatap meja Adreanne. Lily sudah datang dan terlihat sedang memainkan ponselnya. Namun Adreanne belum terlihat sama sekali. Tidak biasanya Adreanne belum berangkat di jam segini. Apakah terjadi sesuatu? Lagi, pikirannya menjadi tak karuan. "Sial!" umpatnya pelan. "Ada apa?" tanya Nicholas yang mendengar u*****n Edzard ketika ia berjalan melewati meja temannya itu. Edzard menghela napas kemudian menggeleng. "Tidak." Nicholas mengikuti arah pandang Edzard yang tertuju pada meja Adreanne yang kosong. "Tuh anak pintar hari ini nggak masuk, sakit katanya," ucap Nicholas memberitahu. "Tahu dari mana?" tanya Edzard cepat. "Tuh, Lily yang mengatakannya tadi." Nicholas mengangkat bahunya tak acuh. "Ok, thanks." Nicholas pun kembali melanjutkan jalannya menuju mejanya. Edzard mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak Adreanne. Ia mengetikkan suatu kalimat di sana. Setelah kalimatnya selesai dan hendak menekan tombol sent, ia jadi berubah pikiran. Cowok itu kembali menghapus pesannya dan berpikir. 'Apa aku akan mengganggunya?' Edzard menggelengkan kepalanya. "Mungkin saja ia sedang istirahat, jadi Ed jangan diganggu." Pria itu kembali menyimpan ponselnya. *** Edzard pergi ke kantin bersama teman-temannya, termasuk Nicholas yang biasanya paling ribut diantara mereka semua. Edzard memberikan selembar uang seratus ribuan dan menyerahkannya pada Nicholas. Nicholas yang paham pun, segera mengajak temannya yang lain untuk memesan makanan mereka. Edzard memilih duduk di sudut kantin, karena tempat yang biasa mereka tempati telah diisi oleh orang lain. Tadinya, Nicholas dan yang lain hendak mengusir orang yang sedang menikmati makanannya itu, tapi Edzard menengahinya dengan cara memberikan uang langsung pada Nicholas tanpa banyak bicara. Edzard mengedarkan pandangannya ke seluruh kantin. Ia tidak mendapati Lily di sini. Apakah karena Adreanne tidak datang makanya Lily tidak makan ke kantin? Tapi, apa hubungannya dengan itu? Edzard mengacak rambutnya kesal. Untuk apa ia memikirkan hal yang tidak terlalu penting seperti itu?! Edzard memutuskan untuk memainkan game di ponselnya selagi menunggu makanan tiba. Beberapa detik kemudian, Edzard merasa ada yang mengawasinya. Edzard mengangkat kepalanya dan mencari sumber yang mengawasinya sejak tadi. Ternyata yang menatapnya adalah salah satu dari segerombolan perempuan di meja sudut kanan tak jauh dari mejanya. Yang mengawasinya itu adalah Kalista, perempuan itu tersenyum manis ketika Edzard menatapnya. Edzard memutar bola matanya malas dan menatap Kalista sinis. Edzard tau, Kalista menyukainya dan mencoba untuk menarik perhatiannya. Tetapi Edzard tidak peduli dengan itu semua. Edzard kembali menyibukkan dirinya dengan lanjut bermain game. Lima menit kemudian Nicholas dan kawan-kawan datang. Nicholas hanya membawa makanan untuk dirinya dan Edzard. "Terimakasih," kata Edzard. Nicholas mengangguk dan mengacungkan jari jempolnya. "Yoi! Sans ae." Yang Nicholas pesan adalah nasi goreng dengan tambahan nugget dan sosis. Salah satu menu yang Edzard sukai di kantin sekolahnya ini. "Dih, ape lu liat-liat ke mari?" sentak Nicholas sinis. Edzard menoleh ke arah Nicholas lalu menatap sosok yang disinisin oleh temannya itu. Ternyata Kalista lagi. "Udah lah, Nic. Biarin aja," kata Edzard enteng. "Gatal amat liatin lo. Caper aja terus," dengus Nicholas yang jadi keki sendiri. Edzard tertawa pelan. Ia saja bisa mengabaikan Kalista. Tapi kenapa malah Nicholas yang sensitif begini? Edzard memilih membiarkan Nicholas berlaku suka-sukanya. Karena Edzard lebih mementingkan makanannya dan juga perutnya yang sudah keroncongan. Tanpa membuang-buang waktu, Edzard langsung melahap nasi goreng favoritnya. Begitu pula dengan Nicholas yang berangsur diam dan tidak misuh-misuh pada Kalista, ia menikmati makanan di depannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN