61. Keborosan Edzard

1509 Kata
Seminggu kemudian... Adreanne dan Lily sedang berjalan di koridor, mereka hendak ke perpustakaan untuk mencari buku yang akan digunakan untuk tugas Kimia mereka. Setelah mengisi perut, mereka buru-buru ke perpustakaan sebelum bel masuk berbunyi. "Edzard Ansel Matteo kelas sebelas MIPA satu harap segera ke kantor." Terdengar suara speaker sekolah yang sangat keras. "Keras banget suara speakernya kalau posisi lagi di perpus," komentar Lily. Adreanne hanya berdehem singkat mengiyakan, karena ia sedang fokua mencari buku yang dimaksud. Dua menit mencari, akhirnya buku itu ketemu. "Adreanne harap segera ke kantor." Sekali lagi, terdengar suara dari speaker kantor. "Loh, loh, kenapa dipanggil Re? Lo ada buat masalah?" Adreanne menggeleng-gelengkan kepalanya tidak tahu, ia menyerahkan buku yang ia dapat pada Lily. "Kamu ke kalas aja duluan. Bye." Dengan langkah lebar, ia keluar dari perpustakaan. Sesampainya di kantor guru, ia sudah melihat Edzard yang duduk di sofa. Di depan Edzard ada Bu Delina dan kepala sekolah. "Pengumuman pemenang lomba kemarin sudah keluar. Sekolah bangga dengan kalian, Edzard meraih posisi pertama dan kamu meraih posisi kedua di mata pelajaran yang kalian ikuti masing-masing," ujar Bu Dian, kepala sekolah. "Beneran, Bu?" tanya Adreanne dengan nada tak percaya. "Iya benar. Ini kamu lihat sendiri." Bu Diam menyerahkan tablet yang menampilkan di layar sebuah tabel yang berisi nama pemenang. Edzard tidak bereaksi banyak, dia lebih banyak diam karena ia sendiri sudah menduga akan menang. Bukannya sombong, hanya saja ia sudah yakin ketika mengerjakan soal yang semuanya ia tahu jawabannya. Saat itu ia ingat, sengaja memilih jawaban yang salah untuk dua soal. "Wah, syukurlah. Ayah dan Bunda pasti seneng denger kabar ini. Terimakasih bu udah bimbing saya," ujar Adreanne dengan kebahagiaan yang tidak tertutupi. Walaupun ia meraih posisi kedua, ia sudah cukup baginya. "Kamu kok diam aja?" Tatapan bu Dian beralih pada Edzard. "Saya hanya terkejut, Bu. Senang kok senang," jawab Edzard dengan gugup. "Hadiah kalian akan kita ambil lusa. Lusa juga para pemenang harus datang karena ada sesi foto. Jangan lupa, ya?" Adreanne dan Edzard sama-sama mengangguk. "Kalau begitu kalian boleh kembali ke kelas." "Baik, terimakasih Bu." Adreanne dan Edzard sama-sama keluar dari kantor guru. "Selamat Ed, kamu hebat banget bisa di posisi pertama," ucap Adreanne dengan senyuman lebar. Edzard tersenyum, entah mengapa hatinya menghangat. "Ya kamu juga hebat." "Ayo ke kelas!" ajak Adreanne, pasalnya bel baru saja berbunyi. Edzard menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal. "Em, bagaimana nanti malam kita keluar?" tanya Edzard gugup. "Kamu serius ngajakin aku?" Edzard mengangguk dengan yakin dan pasti. "Iya, mau 'kan?" Tidak ada alasan untuk menolaknya, lagi pula Adreanne senang akan ajakan ini. "Mau!!" Edzard terkekeh geli melihat keantusiasannya gadis di depannya. "Jam tujuh aku jemput, kamu bisa keluar?" Adreanne ingat bahwa Ayahnya hari ini sedang keluar kota dan akan pulang esok sore. Jadi ada kesempatan. "Bisa kok." "Baiklah, aku jemput nanti." *** Sepulang sekolah, Adreanne dijemput oleh Damien dan Tika. Ternyata Abangnya dan sang Bunda baru selesai belanja keperluan dapur. "Bun, aku menang olim kemarin." "Serius demi apa?" Damien lah yang pertama kali merespon. "Iya, lusa hadiahnya diambil dan ada sesi foto bersama." "Wah, Ayah harus tahu ini. Kamu udah telepon Ayah tadi?" Kini Tika yang berbicara. "Belum, tadi siang Ayah sibuk. Mungkin nanti malam deh bun." Tika menganggukkan kepalanya. Di jok belakang, Adreanne memilin tangannya. "Em aku boleh izin keluar malam ini nggak Bun?" Tika menolehkan kepalanya ke belakang, menatap putrinya dengan terkejut. "Mau ke mana malam-malam hm?" "Ngerayain menang lomba, sama temen," ujarnya gugup. "Sama Lily?" Adreanne mengangguk cepat. "Iya bun. Boleh, kan?" "Beneran cuma sama Lily?" tanya Tika dengan tatapan mengintimidasi. "Sebenarnya ada Edzard juga, dia menang juara satu Bun, di mapel astronomi. Karena dia pemenang juga, jadinya ikut," kata Adreanne memilih jujur. Ia memang benar sudah mengajak Lily sewaktu pulang sekolah tadi, hanya saja nanti ia dijemput oleh Edzard. Mau tidak mau ia harus mengatakan hal yang sebenarnya. Karena nantinya Tika akan melihat Edzard dulu dibandingkan Lily. "Ya udah boleh. Tapi pulangnya sebelum jam sembilan ya," kata Tika tegas. "Kok sebentar?" protes gadis itu tidak setuju. Bayangkan saja, pergi jam tujuh, pulang sebelum jam sembilan. Ngumpul-ngumpulnya tidak seru dong! "Iya atau nggak?" ancam Tika. Adreanne menghela napas pelan. "Iya, Bunda. Sebelum jam sembilan aku udah di rumah." Tika mengulas senyum lebarnya. "Bagus." *** Seperti yang dijanjikan, Edzard datang menjemput Adreanne di rumah gadis itu. Awalnya ia heran, kenapa ia diperbolehkan masuk ke dalam rumah, kan ada Adam yang selalu sensi jika melihat dirinya. Keheranannya pun terjawab, ternyata Adam sedang tidak di rumah dan Tika memperbolehkannya masuk ke dalam. "Jaga Reanya ya, Zard. Sebelum jam sembilan harus udah di rumah. Okay?" "Oke, Bun." "Oke, bunda percaya sama kamu. Hati-hati." Tidak bisa disembunyikan, Edzard tersenyum lebar mendengar kepercayaan Tika padanya. Cowok itu mengajak Adreanne keluar dan masuk ke dalam mobil setelah berpamitan singkat. "Kita ngumpul di mana dulu? Kamu tahu kan, kalau Lily juga ikut." "Lily nggak jadi ikut, sakit perut katanya," ujar Edzard santai. Sebenarnya ini semua bagian dari rencananya. Mengetahui Adreanne mengajak Lily juga malam ini tentu saja ia langsung bergerak cepat. Ia menyuruh Lily membuat alasan untuk tidak ikut serta karena ia ingin makan malam berdua dengan Adreanne, tanpa siapapun. "Loh kok dia malah kasih tau kamu?" Adreanne mengeluarkan ponselnya dari tas kecil yang ia bawa, ternyata ponselnya dalam mode silent. Terdapat pula pesan dari Lily beberapa menit yang lalu mengatakan tidak bisa ikut. Adreanne mendesah kecewa. "Dante nggak ikut juga?" Edzard menggeleng. "Lagi pula dari awal aku nggak ada ngajak Dante kok." "Jadi kita cuma berdua aja?" "Iya, nggak apa, kan? Atau kamu nggak suka?" "Ngg ... Bukannya nggak suka sih, tapi ya gitu," balas gadis itu tidak jelas. "Kita makan dulu, aku udah laper. Kamu juga laper, kan?" Edzard memutuskan untuk tidak membahas pasal Lily ataupun Dante lagi. Melihat tak ada respon dari Adreanne membuat Edzard jadi was-was sendiri. "Jangan-jangan kamu udah makan?" "Belum sih." "Syukurlah, aku kira sebelum pergi tadi kamu malah makan." Edzard mengemudikan mobilnya menuju restoran yang telah ia reservasi sebelumnya. Dengan uang dan emas yang ia miliki, tentu saja ia bisa dengan mudah mereservasi restoran bintang lima yang berkelas. "Kamu serius ngajakin aku makan di sini?" Edzard sudah melepaskan seatbelt nya, ia menoleh menatap wajah Adreanne lalu mengangguk. "Iya, aku serius. Lagian makanan di sini enak-enak kok." "Tapi kan ini resto mahal, nggak cocok buat pelajar kayak kita," cicit Adreanne. "Kata siapa sih nggak cocok? Udah ayo turun." Melihat tidak ada pergerakan apapun dari Adreanne, Edzard pun berinisiatif untuk turun duluan dan membukakan pintu mobil untuk Adreanne. "Jangan kebanyakan mikir, aku udah lapar." "Yakin di sini?" "Seribu persen yakin, ayo!" Edzard mengulurkan tangannya dan sepuluh detik kemudian dibalas oleh Adreanne. Adreanne meletakkan tangannya du atas tangan Edzard dan turun. "Ini resto kelas atas. Aku nggak salah kostum kan?" Tiba-tiba gadis itu menjadi insecure ketika melihat pakaian yang dipakai para pengunjung rata-rata dress pendek dan elegan. Sementara ia hanya memakai kaos lengan panjang berwarna putih dan vest berwarna cokelat. Tak lupa dengan rok sebetis berwarna agak cream. "Nggak salah kostum, kamu udah cantik." Kedua pipi Adreanne sontak bersemu merah mendengar ucapan Edzard. Sudah lama ia tidak merasakan pipinya memanas seperti ini setelah keputusan Edzard yang ingin sok menjauh. Sama halnya dengan Adreanne, Edzard pun merasa sudah sangat lama tidak melihat semburat kemerahan di kedua pipi Adreanne karena ucapan-ucapannya yang mengandung gula. Manis. Ketika menginjakkan kaki di resto, mereka langsung disambut oleh seorang pelayan wanita. "Atas nama Edzard," ujar cowok itu tegas. Adreanne sampai terkejut, ternyata Edzard sudah melakukan reservasi terlebih dahulu. "Mari silakan ikuti saya," ujar pelayan itu dengan teramat sopan. Keduanya dituntun menuju sebuah ruangan private yang tidak terlalu luas namun terdapat beberapa orang yang memegang alat musik. Lagi-lagi Adreanne tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Kenapa Edzard bisa-bisanya menyiapkan makan malam di tempat seperti ini dan juga di ruangan private?! Adreanne jadi takut, uang yang ia bawa tidak cukup untuk patungan bersama Edzard nanti. "Pesanlah." Adreanne meraih buku menu yang sebelumnya diletakkan di sudut meja. Benar saja, makanan mahal semua. Jika ia ke sini bersama Ayahnya dan keluarganya tidak masalah. Ia bisa memesan apapun yang ia inginkan. Tapi sekarang budget tidak memungkinkan memesan makanan yang mahal. "Rib eye." "Seriously?! Pesen yang lain Re. Wagyu lebih enak." Yang benar saja?! Wagyu ukuran A5 saja sudah mahal sekali. Pelayan yang bersama mereka tadi sudah sangat menunggu agar segera mencatat pesanan keduanya. "Pesen yang lain," titah Edzard lagi. Adreanne menutup buku menu dengan kesal. "Kalau gitu samain aja sama kamu." Edzard menyeringai lantas segera memesan makanan yang sedari tadi ingin ia cicipi. Pilihan Edzard membuat Adreanne ingin berteriak kesal. Pasalnya cowok itu memesan makanan yang seporsi harganya setara dengan uang jajannya tiga bulan. Setelah pelayan wanita itu pergi, barulah Adreanne bisa menumpahkan kekesalannya. "Kok kamu pesan yang itu? Mahal tau!" protesnya dengan suara penuh penekanan. "Nggak apa, Re. Lagian ini kan perayaan kemenangan kita sewaktu lomba." "Nggak habis thinking aku sama kamu tuh," dengus gadis itu. Edzard tertawa pelan. "Udah nikmati saja." Edzard beralih menatap para pemusik dan dengan sebuah kode, ia menyuruh tiga orang pemusik itu untuk memainkan alat musik mereka. *** TBC. don't forget to tap love dan comments!^^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN