62. Rencana Tetua

1136 Kata
Setelah makan malam, mereka masih memiliki waktu tiga puluh menitan. Sekarang sudah pukul delapan tepat. Pada pukul delapan lewat tiga puluh menit, Edzard sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk mengantar Adreanne lebih awal. Sejak tadi obrolan mereka tidak terlalu banyak, terlebih Edzard kebanyakan diam juga. Cowok itu seperti sedang memikirkan hal yang berat. "Re, kalau kamu cuma memiliki waktu tujuh bulan. Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Cowok itu, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk stir mobil. Ia juga mengalihkan tatapannya keluar jendela. "Maksud kamu apa? Cuma punya waktu tujug bulan? Emang mau pergi ke mana?" Adreanne tak bisa untuk tidak berpikiran negatif. Bahkan ia sampai kepikiran Edzard lah yang hanya memiliki waktu tujuh bulan karena di vonis oleh dokter karena suatu penyakit. "Cuma nanya aja." "Itu ... Kamu yang cuma punya waktu tujuh bulan?" Edzard sontak menggeleng cepat. "Bukan aku, aku hanya berandai. Seandainya gitu lho." "Kirain kamu yang bakal pergi atau divonis dokter bakal nggak punya banyak waktu lagi karena sakit." Adreanne memberikan cengirannya. Edzard membuang napas kesal. Pemikiran Adreanne terlalu jauh. "Pemikiran kamu terlalu mengerikan." "Hehe maaf. Kalau aku sih bakal ngabisin waktu yang aku punya dengan hal-hal menyenangkan. Quality time dengan keluarga, sahabat dan mungkin aku akan mengutarakan perasaanku pada orang yang aku sukai biar sewaktu pergi merasa udah lega gitu." "Kamu lagi suka sama seseorang?" tanya Edzard dengan nada tidak rela. "Err ... Nggak sih, itu kan jawabanku seandainya gitu." Edzard mengangguk percaya. "Oke, makasih atas saran kamu." Ternyata hanya berbincang seperti itu saja sudah menghabiskan waktu sepuluh menit lewat. Edzard mengerang kesal. "Waktu yang kita punya hanya dua puluh menit. Apa yang akan kita lakukan?" Mana bisa Edzard mengajak Adreanne ketempat yang lebih romantis lagi. Terlebih tempat yang ia tahu itu membutuhkan waktu lima belas menit ke sana. Pokoknya, tidak cukup waktu. "Kayaknya kita ngerayain cuma sampai sini aja deh. Lagian besok kita masih sekolah, nggak bisa main malam-malam banget." "Baiklah," sahut Edzard pasrah. Edzard melajukan mobil menuju rumah Adreanne. Sekitar lima belas menit kemudian mereka tiba. "Makasih ya, Ed. Kamu hati-hati pulangnya." Edzard menganggukkan kepalanya. "Tunggu. Em, besok aku boleh jemput? Pergi bareng gitu?" Pemuda itu menggaruk tengkuk belakangnya dengan canggung. "Serius? Tapi nggak usah repot-repot, aku diantar bang Dami juga nggak apa." "Aku mau runtuhkan batas yang kemarin sengaja aku buat. Jadi kita jangan terlalu canggung atau apa gitu. Apa kamu keberatan?" Edzard merasa tak berani menatap manik Adreanne. Ia membuang pandangannya ke arah lain. "Baiklah, terserah aja." Kedua sudut bibir Edzard melengkung samar. "Okay, kalau gitu besok aku jemput!" "Iya, makasih ya." Adreanne melepaskan seatbelt nya dan turun dari mobil. Ia melambaikan tangan sekilas pada mobil Edzard yang sudah melaju meninggalkan rumah. Setelah mobil Edzard tak terlihat, barulah ia memutar tubuhnya dan memasuki rumah. *** "Akhirnya Anda pulang." Dante tampak sudah menunggu kepulangan Sang Pangeran. Edzard meletakkan kunci mobilnya di atas meja dan menjatuhkan dirinya di sofa yang empuk. "Aku sudah memutuskan sesuatu." "Apa itu Pangeran?" "Waktu kita di sini sudah tidak banyak lagi Dante. Dua bulan lagi sudah naik kelas, sisanya hanya lima bulan di kelas dua belas. Setelah itu kita pulang ke Airya. Sebelum pulang aku ingin menghabiskan banyak waktu bersama Adreanne." "Tapi anda sendiri yang kemarin ingin menjauh, kenapa plin-plan begini?" tanya Dante heran. "Aku berubah pikiran, dan masalah Adam, aku bisa mengurusnya nanti." Dante menghembuskan nafasnya pelan. "Terserah anda Pangeran, semua keputusan ada pada anda. Saya hanya mengikuti," ucapnya. "Em, ada sesuatu yang ingin aku selidiki Dante." "Apa itu, Pangeran?" "Beberapa hari yang lalu, aku jalan bersama Edrea. Aku melihat orang ini terus mengamati Adreanne dari jauh. Bisa kau cari tahu siapa mereka?" Beruntung saat itu Edzard mengambil langkah untuk memotret dua sosok misterius yang aneh itu. Ia memperlihatkan foto dua orang itu pada Dante. "Saya tidak bisa melihat terlalu jelas. Jaraknya cukup jauh dan agak buram, Pangeran." "Masa sih?" Edzard kembali mengamati foto yang ia ambil sendiri. Edzard menggelengkan kepala sekilas. "Jelas kok, matamu saja yang bermasalah. Pakai kacamata sana," pungkasnya. Dante memutar bola matanya. Ia kembali menekuri foto itu. "Saya akan mencari tahu sebisa saya." "Bagus. Kalau begitu aku ingin istirahat, kau juga tidurlah. Hasilnya aku ingin secepatnya." "Baiklah." *** Di lain tempat... Sosok laki-laki berjubah putih bersih duduk di kursi ruang kerjanya. Di depannya ada seorang kesatria yang paling setia padanya, bernama Rion. "Rion, bukankah kekuatan di dalam tubuh anak perempuan itu sangat luar biasa?" Rion menganggukkan kepalanya dengan sopan, ia tetap menundukkan kepalanya. "Benar, Tuan Lionel." "Raja Dastan benar-benar bisa digulingkan kekuasaannya kalau seperti ini. Apa kau sudah mendapatkan cara mengembalikan kekuatan yang sebelumnya telah diserahkan pada kristal penjaga?" "Sudah, Tuan. Semuanya tertulis di dalam buku ini." Rion menunjuk buku tebal yang sudah terlihat usang dari luar. Buku yang ia dapatkan dengan susah payah selama tiga tahun terakhir, buku yang baru ia temukan beberapa minggu yang lalu. "Dengan begini, kita bisa mengembalikan kekuatan Pangeran Adam dan juga membawa putrinya ke Negeri ini." Lionel mengembangkan senyum lebarnya ketika rencana yang ia susun semakin rampung dan menunjukkan bayangan akan berhasil. "Benar, itu semua bisa dilakukan, Tuan. Hanya saja, kita butuh beberapa kesatria lain untuk menjalankan rencana yang anda buat." "Kumpulkan kesatria yang paling bisa dipercaya, buat mereka bergabung bersama kita. Secepatnya kita lengserkan Raja Dastan yang tidak kompeten itu." Rion menganggukkan kepalanya dengan patuh. "Baik, Tuan Lionel." Lionel adalah satu satu tetua di Kerajaan Myrania. Walaupun dikatakan tetua, wajahnya tidak menunjukkan tanda-tanda menua sama sekali. Wajahnya masih fresh dan sehat. Ia juga salah satu sosok yang berpengaruh di Negeri ini, terlebih dengan kekuatannya yang bisa membuat bola kristal yang dapat menyembunyikan negeri ini dari negeri lain selama puluhan tahun. Raja Dastan tidak bisa di harapkan. Kerjanya sangat tidak becus dan tidak cocok untuk menjabat dengan waktu yang lama. Negeri Myrania membutuhkan sosok pemimpin seperti Adam. Sayangnya beberapa tahun yang lalu Adam memilih keluar dan menjadi manusia biasa. Membuat kesepakatan dengan Raja terdahulu dan memberikan semua kekuatannya pada bola kristal yang sampai kini menyimpan segala kekuatan Adam, termasuk sayap yang dimiliki pria itu. Dan kini, semuanya bisa kembali seperti semula. Tentunya akan membutuhkan beberapa waktu, tapi ia sangat yakin bahwa mereka akan berhasil. "Tunggulah sebentar lagi, semua akan kembali berjaya. Dengan seluruh perintah dan kekuasaan Pangeran Adam," gumam Lionel penuh tekad. Lionel memang tahu, bahwa Adam sudah tidak ingin kembali. Namun Adam tidak memiliki pilihan. Adam harus tetap kembali bagaimana pun caranya, karena bangsa dan kaum mereka sangat membutuhkan Adam saat ini. Dulu kerajaan mereka sangat makmur dan jaya, walaupun berada jauh dari beberapa Negeri dan Kerajaan lainnya. Namun sejak dikuasai oleh Raja Dastan, kemakmuran seakan lenyap. Hanya tersisa penderitaan untuk para Rakyat. Semua itu harus dihentikan, para pemimpin yang jahat dan tidak becus harus segera diringkus. Jika Adam benar-benar susah diharapkan, masih ada Putrinya yang bernama Adreanne. Gadis kecil yang memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dari Adam dan Dastan. Kekuatan yang sangat bisa diandalkan saat ini. *** TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN