Lily mendekati sahabatnya dengan oanik dan memegang sayap putih tersebut, brkali-kali ia meyakinkan dirinya bahwa itu adalah asli dan nyata. Sedangkan Adreanne panik sendiri akan kondisi tubuhnya, bajunya sendiri juga sudah sobek dan basah. “Telepon bang Damien, tolong,” pinta Adreanne dengan suara serak. “Iya sebentar!” Lily berlari keluar kamar mandi mengambil ponselnya dan menghubungi kakak dari sahabatnya. Tok... tok... tok... “Lily, Rea? Kalian kenapa di dalam? Kok Mama dengar berisik dan ada suara teriakan?” tanya Mama Lily cemas. Pintu kamar juga tak hentinya di ketuk dan digedor karena Lily yang mengucinya. “Ma, nggak ada apa-apa kok! Semua baik-baik aja, maaf buat Mama khawatir,” kata Lily mendekati pintu. “Yang bener?” “Iya Mama sayang,” balas Lily santai. Lebih tepatnya m