57. Hari H

1018 Kata
Hari ini adalah hari olimpiade tingkat Nasional. Sejak tadi malam Adreanne benar-benar mengistirahatkan tubuhnya dan tidak begadang. Ia sudah mempersiapkan semuanya dari jauh-jauh hari, dan untuk hasilnya nanti, apapun akan ia terima. Walau ia masih berharap meraih kemenangan nantinya. Adam lah yang mengantar Adreanne ke sekolah. Ketika di gerbang, mereka berpapasan dengan Edzard yang baru saja keluar dari taksi. Tumben-tumbennya cowok itu tidak membawa mobil sendiri. "Jangan deket-deket dengan dia, ok?" peringat Adam dengan tegas. "Iya, Yah. Ya udah aku masuk dulu. Ayah hati-hati bawa mobilnya." Adreanne mencium punggung tangan Adam dan mengecup singkat pipi sang Ayah. "Ayah doakan kamu berhasil dan menang nantinya," imbuh Adam. Adreanne mengangguk dan tersenyum. Gadis itu turun dari mobil dan berjalan memasuki gerbang setelah Edzard lebih dulu masuk. Adreanne berjalan menuju kantor guru. Di sana ternyata Edzard sudah berbincang-bincang dengan bu Delina. Entah apa yang mereka bahas ia tidak tahu, karena ketika ia mendekat, Bu Delina dan Edzard sudah selesai bicara. "Kamu udah siap, Re?" tanya Bu Delina. "Sudah, Bu." "Kalau begitu kalian masuk ke dalam mobil, bentar lagi Ibu susul." Adreanne mengangguk paham, ia segera masuk ke mobil yang dimaksud oleh bu Delina. Edzard sendiri juga ikut masuk, hanya saja cowok itu memilih untuk duduk di kursi depan tepat di samping sang sopir. Tidak berdekatan dengan Adreanne karena ia sadar Adreanne tampak kurang nyaman berdekatan dengannya sekarang. Sekitar lima menit kemudian bu Delina masuk dan duduk di jok belakang bersama Adreanne. Kali ini mereka akan mengikuti olimpiade di sebuah hotel. Lebih tepatnya olimpiade diadakan di aula nya. Para peserta dari provinsi lain juga menginap di sana, selama beberapa hari. Sesampainya di hotel, Adreanne dan Edzard yang sebagai peserta segera di arahkan untuk pergi ke ballroom hotel yang telah disulap menjadi acara pembukaan. Sudah banyak siswa dan siswi yang bergabung di ballroom. Sementara bu Delina mengurus pendaftaran ulang keduanya. Karena mereka satu sekolah, alhasil Adreanne duduk bersampingan dengan Edzard. Mereka mengambil tempat duduk di tengah-tengah. Sedari tadi juga beberapa pasang mata mencuri-curi pandang ke arah mereka. Namun yang pasti, Adreanne merasa mereka itu bukan menatap dirinya, melainkan Edzard. Siapapun pasti akan sadar kalau ketampanan Edzard ini benar-benar di atas rata-rata. "Kamu dilihatin tuh," bisik Adreanne tidak tahan untuk tidak menyeletuk. Karena jika mereka menatap Edzard, Adreanne merasa kurang nyaman juga sebagai teman yang duduk di sebelah pria itu. Pasti sesekali, ada beberapa pasang mata yang juga menoleh ke arahnya. "Biarkan saja," sahut Edzard acuh tak acuh. Tatapan mata Edzard lurus ke depan, menunggu acara pembukaan dimulai. Adreanne tersenyum, ia merasa senang karena Edzard tampak cuek. Lagi pula yang mencuri-curi pandang ke Edzard rata-rata di d******i oleh kaum hawa. "Diam aja, bentar lagi mulai," sergah Edzard ketika Adreanne menunjukkan tanda-tanda hendak bicara lagi. "Baiklah," cicit gadis itu. Beberapa menit kemudian acara pembukaan benar-benar dibuka. Sekitar dua puluh menit acara pembukaan berlangsung, akhirnya mereka di persilakan untuk memasuki ruangan yang akan menjadi tempat mereka lomba. Adreanne dan Edzard terpisah oleh dua ruangan. Adreanne langsung duduk di kursi paling belakang, tepatnya di sudut kanan yang dekat dengan pintu keluar. Seluruh peralatan tulis yang ia bawa disusun di atas meja. "Baiklah, mari berjuang. Tahun lalu kamu kalah di tahap ini. Kali ini kamu harus berusaha sebaik mungkin untuk menang!" tekat Adreanne dalam hati. Ia harus menyemangati dirinya sendiri karena tidak ada yang menyemangatinya saat ini. Dan yang akan menyelamatkan dirinya adalah dirinya sendiri, bukan orang lain. *** Sekitar dua jam kemudian mereka di perbolehkan keluar dari ruangan. Dengan langkah gontai, ia mendekati Bu Delina yang duduk di kursi tunggu dengan camilan yang disediakan. "Capek ya? Minum dulu sayang," kata Bu Delina lembut dan perhatian. Adreanne menerima botol air putih yang diberikan guru cantik itu dan meneguk isinya. "Makasih, Bu." Bu Delina menganggukkan kepalanya singkat dan menyimpan botol minum itu lagi. "Edzard lima menit lagi pasti keluar," kata Bu Delina memberitahu. "Iya, Bu." "Duduk dulu, Rea." Selagi ada bangku kosong, Adreanne pun duduk di sebelah kursi bu Delina tadi. "Kalau aku menang gimana ya, Bu?" Celetuk Adreanne tiba-tiba. "Ya bagus kalau begitu. Kamu mengharumkan nama sekolah dan juga prestasi kamu luar biasa karena berhasil menang ditahap ini. Mendapat jawaban seperti itu, membuat Adreanne senang bukan kepalang. "Yang benar, Bu?" tanyanya malu-malu. "Bener dong. Feeling ibu sih, kamu dan Edzard menang nanti. Secara kalian benar-benar belajar dengan serius dan menguasai materi dengan baik." Kedua sudut bibir Adreanne terangkat naik. "Terimakasih, Bu. Saya aminkan feeling Ibu." "Ya sama-sama, jangan lupa untuk terus berdoa ya," peringat guru itu. "Siap, Bu!" Tepat perbincangan mereka usai barulah Edzard keluar dari ruangannya. "Bagaimana Ed? Capek?" tanya Bu Delina, pertanyaan yang persis seperti yang dilontarkan ke Adreanne tadi. "Lumayan lelah, Bu. Tapi saya yakin menang," ujar Edzard percaya diri. Tidak ada keraguan di dalam maniknya saat mengatakan hal itu. Kedua mata bu Delina membulat seketika, beberapa detik kemudian terkekeh pelan. "Ya kamu harus optimis bahwa kamu akan menang." Bu Delina menyuruh Adreanne dan Edzard untuk mengambil makanan yang disediakan pihak hotel untuk para peserta. Setelah mendapatkan camilan mereka menghabiskan nya dengan cepat dan kembali menuju ballroom hotel yang mulai di penuhi oleh siswa. Di hari itu juga penutupan olimpiade dilakukan. "Terimakasih, Bu." Bu Delina menganggukkan kepalanya singkat. "Sudah, masuk saja. Setelah acara penutupan Kita pulang. "Baik, Bu Siap!!" Ternyata ada beberapa persiapan yang dilakukan panitia lomba. Penutupan pun tidak bisa dilaksanakan sesegera mungkin karena ada satu pihak yang sedang ditunggu kedatangannya. Adreanne mengedarkan pandangan ke seluruh aula. Seluruh peserta lomba terlihat menunggu dengan wajah lelah dan juga terlihat tak sabar ingin cepat-cepat istirahat. Adreanne mengerti akan perasaan ingin segera pergi dari kerumunan ini, karena ia pun merasakan hal yang sama. Mereka diminta menunggu cukup lama, sedangkan rasa bosan sekaligus rasa lelah sudah lebih dulu mendera mereka. Membunuh waktu yang ada, Adreanne memilih untuk berkenalan dengan teman di samping kirinya. Ternyata gadis di sebelahnya berasal dari kota yang cukup jauh dari sini, dan gadis itu mengatakan akan menginap di hotel ini bersama teman-temannya yang lain. Memang seharusnya seperti itu sih. Jika rumahnya yang berada di kota ini, maka pihak penyelenggara olimpiade ini memperbolehkan pesertanya untuk langsung pulang ke rumah setelah acara penutupan. Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya acara penutupan kegiatan olimpiade hari ini dimulai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN