Pagi itu, Naina sudah sibuk di dapur sejak fajar menyingsing. Aroma roti panggang dan telur goreng memenuhi udara, menciptakan suasana domestik yang masih terasa asing baginya. Di balik suara desis minyak di wajan, pikirannya menerawang pada kejadian tadi malam—bagaimana Chandra tidur di sisi yang sama di ranjang tapi dengan jarak yang cukup untuk satu orang lagi, seolah memahami batasan yang belum terucap. Saat sedang memindahkan telur mata sapi ke piring, tiba-tiba suara rendah itu menyapa dari belakangnya. "Pagi." Naina hampir menjatuhkan spatula yang dipegangnya. Chandra sudah duduk di meja makan dengan setelan jasnya yang sempurna. Itu adalah pemandangan yang selalu Naina lihat di kantor. Dia menata piring di depan Chandra dengan hati-hati. "Maaf tentang ... tadi malam," gumannya,

