Zahra merenggangkan otot-otot tubuhnya. Setelah sekian lama akhirnya ia merasakan kualitas tidur yang baik. Zahra meraih ponselnya. Matanya terbelalak kala melihat jam digital yang tertera dilayar menuliskan angka tiga belas. “Mati! Anak gue!” pekiknya lalu bergegas turun menghampiri boks milik sang putra. Kosong! Gamalael menghilang. Kemana perginya anak itu?! Mungkinkah Kahfi menitipkan Gamalael ke ibu mertuanya? Tapi mana mungkin! Secara Mama Damayanti sedang sibuk menyiapkan cabang terbaru restorannya. “Ya Ampun! Kirain ini baru jam eneman.” Sesal Zahra. “Kahfi kok nggak bangunin gue sih!” Zahra masuk ke dalam kamar mandi. Putra kecilnya pasti berada ditangan yang tepat. Kahfi bukan tipe lelaki yang percaya sembarang orang. Asisten rumah tangga mereka saja tidak diperbolehkan meny