“Mas Kahfi.” Kahfi mengangguk. Ia mengulurkan tangan, menarik telapak Zahra untuk dirinya genggam. “Temenin aku ya.” Keduanya berjalan beriringan, mengikuti Adrian menuju aula perusahaan. “Permisi.. Istri saya mau lewat.” Ujar Kahfi agar beberapa karyawan yang berdiri di depan pintu menyingkir, “sorry ya. Istri saya nggak bisa jalan.” Ia sengaja menekankan status Zahra, melegakan hati wanita tercintanya agar tidak terlalu stres memikirkan hal-hal aneh yang tidak perlu. “Kahfi bucin banget kan Yan?” “Betul Pak.” Bos dan asistennya itu terus mengamati Kahfi yang bergerak menyeimbangkan diri dengan Zahra. “Nah! Ini anak saya. Untuk seterusnya Kahfi akan belajar dari kalian. Tolong bimbing dia supaya kelak bisa jadi pemimpin di masa depan.” Erigo melambaikan tangannya, meminta Kahfi mende