Kahfi melirik jam yang melingkar dipergelangan tangan. ‘Pukul dua belas lewat lima belas menit,’ waktunya istirahat makan siang. Kahfi menarik ponselnya di atas meja. Ia mendesah kala tak menemukan satu notifikasi yang masuk atas nama istrinya. Zahra bukan shopaholic. Kahfi mengenal wanita itu sangat dalam. Alih-alih menyukai pusat perbelanjaan, Zahra pasti lebih memilih berdiam di apartemen mereka. Membaca novel-novel romansa kesukaan sembari menikmati cemilan-cemilan kesukaannya. “Fi makan dulu. Pesanin Papa makanan dibawah.” “Termasuk tugas Kahfi?” tanya Kahfi menatap Erigo. Papanya membuka pintu penghubung yang membuat keduanya dapat saling memperhatikan, memberi instruksi dari tempatnya duduk. “Jelas! Kamu asisten Papa.” Selama hidup, Kahfi tak pernah menjadi bawaha