CXVIII

1125 Kata

Akhirnya.. Hari yang Kahfi nanti-nantikan tiba. Kahfi mematut penampilannya di depan cermin. Tangannya membenarkan kerah kemeja batik yang dirinya kenakan. Kahfi menarik nafas dalam, menghembuskannya secara perlahan sembari menatap dirinya sendiri. Satu langkah terpenting akan terlampaui. Kahfi lega. Setelah ini tidak ada lagi hambatan yang membuat ia dan Zahra terpisah. “Fi..” Damayanti membuka pintu kamar Kahfi. Ia menelisik keadaan ruang pribadi putranya. Selain bahagia, ada kesedihan yang wanita dewasa itu rasakan. Sebentar lagi ia kembali kehilangan putranya. Anak semata wayangnya telah bertumbuh sangat cepat. Mengenal lawan jenis dan cinta di usianya yang begitu muda. “Masuk Mah..” pinta Kahfi agar Mamanya tidak hanya berdiri diambang pintu. Damayanti berjalan. Ia duduk di salah s

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN