130

1087 Kata

“Zahra mau Kahfi, Mama! Ike mana Kahfi?!” tatapannya tajam, menghakimi Ike karena tidak adanya sosok sang suami. Ike dijadikan bulan-bulanan kekesalan, sedangkan gadis itu sendiri tidak tahu harus apa lagi jika begini. Ia sudah menghubungi kakak angkat belum resminya. Tapi tidak mungkin langsung tiba kan?! Butuh perjalanan untuk sampai. Dipikir anak majikannya punya ajian apa, bisa cling- lalu muncul hidungnya. “Masih dijalan Mbak..” manis sekali, berbeda dengan isi hatinya yang ngedumel karena Zahra tak kunjung berhenti merengek. Setelah kepergian Kahfi, perilaku Zahra mulai berubah. Wanita itu terlihat menekuk wajah, uring-uringan sembari memperhatikan layar ponsel. Satu jam kemudian tangis terdengar bersama isakan-isakan kecil. Ketika ditanya jawabannya selalu menyalahkan Kahfi- pria

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN