Persis seperti yang Kahfi perkirakan– Zahra tidak menerima penjelasannya dan teman-teman mereka. Emosi wanita itu memuncak, mengamuk hingga berteriak mengusir mereka semua. Sama seperti dirinya, ia dan Zahra pun tak sadar jika gangguan-gangguan kecil yang mereka alami beberapa waktu ini merupakan gejala-gejala anxiety yang disebutkan oleh Lian.
“Sayang.. Iya kamu, nggak!” Kahfi memeluk erat tubuh Zahra. Ia tidak akan membiarkan istrinya bertindak layaknya monster yang menyerang teman-teman mereka. “Calm, Zahra.. Tenangin diri kamu, Sayang.” pinta Kahfi lirih. “Kita nggak bawa kamu ke psikolog. No, Sayang. Berhenti ya..”
Perlahan ketegangan Zahra terasa mengendur dipelukan Kahfi. Nafasnya kembali teratur tak seperti kala mengamuk tadi. Mungkin seluruh energi yang Zahra kerahkan merupakan
