“Pergi ... pergi ke mana, Mas?” tanyaku dengan kening yang berkerut. “Pergi ke mana aja yang nggak bisa aku gapai. Pokoknya wujud kamu harus selalu kelihatan di mataku,” putus Mas Dewa sebelum kembali memejamkan matanya. Meskipun aku nggak mengerti maksud dari ucapan pria itu, namun aku memilih untuk nggak bertanya lebih lanjut dan membiarkan pria itu memejamkan matanya. Beberapa menit kemudian, Mas Dewa sepertinya sudah jatuh terlelap dalam tidurnya karena napas pria itu tampak teratur. Aku meraih remote yang berada di atas sofa, lebih tepatnya berada di sebelah tubuh Mas Dewa yang sedang terlelap saat ini. Jari telunjukku bergerak di atas tombol remote itu untuk mencari-cari hiburan yang bisa menarik perhatianku. Jariku nggak sengaja menekan sebuah aplikasi yang sudah tersedia di lay